Komplotan Wowon Jalankan Modus Penipuan seperti MLM
Penipuan itu sejauh ini diketahui dilakukan terhadap tenaga kerja wanita atau TKW. Beberapa di antara mereka masih hidup dan mengirimkan uang kepada penipu.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Komplotan penipu asal Cianjur, Jawa Barat, yang secara sadis bisa mengakhiri nyawa korban dan saksinya, beraksi dengan model bisnis multilevel marketing atau MLM. Penipuan itu sejauh ini diketahui dilakukan terhadap perempuan pekerja migran Indonesia. Beberapa di antara mereka masih hidup dan mengirimkan uang kepada penipu.
Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya Komisaris Besar Hengki Hariyadi menyebutkan, fakta ini disimpulkan dari keterangan tiga tersangka, yaitu Wowon Erawan (60), Solihin alias Duloh (63), dan M Dede Solehudin (35), beserta total 14 saksi. Tiga tersangka ini berkomplot menipu korbannya dengan mengaku bisa menggandakan uang menggunakan kekuatan supranatural.
Sejauh ini, ada dua korban pekerja migran Indonesia, yang sudah meninggal dibunuh, yaitu Siti dan Farida. ”Pada praktiknya ini kayak MLM, ada downline (bawahan yang direkrut). Dari Siti, misalnya, ajak temannya untuk bisa digandakan uangnya. Jadi, bisa seperti MLM,” kata Hengki saat memberi keterangan pada wartawan di Jakarta, Selasa (24/1/2023).
Perekrutan itu, kata Hengki, antara lain dilakukan Ai Maemunah, istri Wowon yang tewas diracun Dede di Bekasi medio Januari ini. Perempuan yang dinikahi Wowon pada 2016 itu menurut keterangan mantan suaminya, Didin, pernah bekerja di Oman pada 2013-2015.
Selain Siti yang meninggal setelah tercebur di perairan Bali, korban lain seperti Farida, juga pernah diketahui membawa temannya sesama pekerja migran (Kompas.id, 23/1/2023). Namun, Farida kemudian dibunuh dan dikubur seorang diri di sebuah rumah kontrakan di Cianjur pada 2021.
Hengki menjelaskan, para pelaku menipu dengan membuat korbannya menemui Wowon. Pria itu lalu menunjukkan trik menggandakan sejumlah uang tunai di dalam amplop. Untuk meyakinkan korbannya, Wowon juga menunjukkan mobil dan rumah mewah milik orang lain.
Tidak sampai di situ, Wowon juga menyamar menjadi Aki Banyu. Aki Banyu adalah figur fiktif yang sulit ditemui, bahkan tidak pernah diketahui tersangka Duloh dan Dede sebelum pengungkapan ini. Wowon lihai berkomunikasi dengan komplotan dan korbannya melalui suara lain, yang biasa dilakukannya sebagai dalang.
”Aki Banyu ini yang memerintahkan untuk melakukan pembunuhan. Modus atau cara untuk bunuh korban, sebagai contoh ada yang dicekik, diracik (racun), kemudian agar (korban) sukses harus menyeberang laut,” lanjut Hengki.
Korban dari ”ritual” menyeberangi laut itu, antara lain, Siti dan Noneng. Keduanya ternyata loncat ke perairan Bali dari kapal yang mereka naiki dari Surabaya. Keterangan ini sekaligus mengoreksi pernyataan sebelumnya, yang mengatakan, Noneng membunuh Siti dengan menceburkannya ke laut dalam perjalanan menuju Nusa Tenggara Baru.
”Mereka membunuh orang yang mengetahui kejahatannya, salah satunya Ai Maemunah, yang ikut merekrut pekerja migran Indonesia untuk ikut mengirimkan uang kepada para tersangka,” katanya.
Sejauh ini, polisi baru menemukan sembilan korban meninggal. Sebanyak enam korban di antaranya adalah anggota keluarga Wowon. Mereka terdiri dari tiga istri, yaitu Halimah, Wiwin, dan Ai. Kemudian, satu anak kandung, bernama Bayu, dan dua anak tiri, yakni Ridwan dan Riswandi. Lalu, tiga korban lainnya adalah Noneng dan dua pekerja migran Indonesia, yaitu Siti dan Farida.
Korban hidup
Saat ini, polisi juga mulai mendalami saksi dari korban pekerja migran Indonesia. Sekurangnya ada 10 korban penipuan yang pernah mengirimkan uang ke komplotan itu melalui Dede. Informasi ini didapat setelah menelusuri penerimaan uang melalui rekening tabungan dan wesel.
”Kami deteksi beberapa orang. Empat orang masih di luar negeri, kemudian tiga orang sudah kembali ke Indonesia dan dalam perjalanan ke Polda Metro Jaya. Sisanya, tiga orang masih kami cari, kami sudah hubungi keluarga untuk dapatkan keberadaannya,” ungkap Hengki.
Kepala Subdirektorat Kejahatan dan Kekerasan Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Indrawienny Panjiyoga mengatakan, tersangka Dede memiliki rekening tabungan yang menampung uang korban penipuan. Namun, kartu ATM rekening tersebut dipegang Wowon. Sejauh ini, polisi menemukan ada uang Rp 1 miliar di rekening itu.
”Aliran dana itu berasal dari beberapa korban pekerja migran Indonesia. Uang tersebut ditransfer secara rutin per bulan sejak rekening dibuat pada April 2019,” katanya (Kompas, 24/1/2023).
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, potensi korban lain, yang kemungkinan berasal dari banyak daerah lainnya, akan didalami. Ia memastikan mereka akan terus menyidiki kasus ini secara hati-hati.
”Perhatian kami khususnya ke kaum rentan karena ada wanita dan anak-anak,” katanya.