Polisi Berjaga di Titik-titik Rawan di Jakarta Saat Ramadhan
Peningkatan aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat pada bulan suci Ramadhan kerap memicu gangguan ketertiban dan aksi kriminalitas di kota besar seperti Jakarta.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Peningkatan aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat pada bulan suci Ramadhan kerap memicu gangguan ketertiban dan aksi kriminalitas di kota besar seperti Jakarta. Polisi diharapkan memaksimalkan tugas untuk mencegah dan menindaklanjuti masalah ini.
Kegiatan terkait ibadah puasa, seperti sahur, buka puasa, shalat Tarawih di tempat ibadah, menjadi waktu-waktu yang akan meningkatkan pergerakan masyarakat di luar rumah. Seiring dengan tidak adanya lagi pembatasan aktivitas terkait masa pandemi Covid-19, aktivitas masyarakat dipastikan kembali normal.
Hal ini diungkapkan Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Latif Usman. Ia mengatakan, pihaknya akan mengantisipasi peningkatan aktivitas yang dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas. Kondisi ini, antara lain, disebabkan perubahan waktu kegiatan masyarakat, yang berangkat kerja lebih awal dan pulang lebih dini untuk mengejar waktu buka puasa.
”Kami sudah antisipasi dan akan tempatkan personel di titik rawan,” kata Latif kepada wartawan di Jakarta, Selasa (21/3/2023).
Selain dari segi lalu lintas, Polda Metro Jaya dan jajaran juga mengantisipasi aksi kriminalitas yang semakin rawan jelang Ramadhan. Ini dibuktikan dari kegiatan Operasi Penyakit Masyarakat Jaya 2023 selama 15 hari pada awal Maret 2023.
Polda Metro Jaya dan jajaran berhasil mengungkap 282 kasus kejahatan jalanan dari target 65 kasus. Kasus itu antara lain pencurian kendaraan bermotor roda dua dan empat, pencurian dengan kekerasan, dan premanisme.
Kepala Bagian Pembinaan dan Operasional Biro Operasi Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Alamsyah Pelupesy menyebutkan, pengungkapan ini untuk mengondisikan situasi keamanan dan ketertiban menjelang pelaksanaan puasa Ramadhan dan Idul Fitri.
”Seluruh masyarakat atau calon-calon kejahatan yang berniat akan melakukan tindak kriminalitas kalau bisa mengurungkan niatnya karena jajaran kepolisian akan terus memaksimalkan kegiatan ini. Kami akan terus menjaga masyarakat,” ucapnya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, yang dihubungi, Selasa, mengatakan, Ramadhan membawa perubahan perilaku masyarakat dari segi sosial maupun ekonomi. Tradisi berbuka puasa di luar rumah, berbelanja untuk kebutuhan ibadah hingga hari raya, yang mendorong warga lebih sering keluar rumah dan membelanjakan uang, akan ikut diadaptasi para calon atau pelaku kejahatan, khususnya yang beraksi karena dorongan ekonomi.
”Perilaku konsumtif yang membuat orang lebih banyak membawa uang tunai daripada hari biasa bisa dibaca pelaku. Kalaupun tidak, penjahat biasanya sudah mengasumsikan masyarakat di masa ini banyak membawa uang. Kondisi ini lalu memicu terjadinya kejahatan jalanan, seperti copet, jambret, begal, dan seterusnya,” tuturnya.
Ia pun setuju, kehadiran polisi dapat menekan potensi kerawanan keamanan oleh para kriminal. Hal ini juga akan meningkatkan rasa aman dan kepercayaan masyarakat untuk tetap beraktivitas, terutama di luar rumah.
”Pada hari-hari puasa ini, polisi dilarang cuti dan diharapkan bekerja di luar kantor, seperti di waktu buka puasa. Mereka harus demikian karena kehadiran atau visibilitas mereka penting. Dengan banyak polisi yang hadir di tempat-tempat keramaian, akan menangkal, minimal untuk kejahatan kekerasan dan jalanan,” ujarnya.