Korban Berpotensi Bertambah, Ada Sosok Misterius Lain di Kontrakan Farida
Sampai saat ini, polisi masih mendalami motif pembunuhan, memastikan jumlah korban, serta tersangka yang terlibat. Di lokasi penemuan jasad korban, warga sempat melihat sosok misterius lainnya tinggal bersama tersangka.
CIANJUR, KOMPAS — Korban pembunuhan Wowon Eriawan alias Aki (60), Solihin alias Duloh (63), dan MDS alias Dede (35) berpotensi bertambah. Di kontrakan tempat penemuan jasad korban diduga bernama Farida, warga sekitar sempat melihat dua perempuan lain bersama tiga pelaku tersebut.
Seperti diberitakan sebelumnya, polisi masih mendalami kasus pembunuhan berantai oleh Wowon cs yang sementara memakan sembilan korban tewas. Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Hengki Haryadi menyampaikan, tidak menutup kemungkinan jumlah korban dan tersangka bertambah.
Kepala Bidang Kehumasan Polda Metro Jaya Komisaris Besar Trunoyudo Wisnu Andiko pada Minggu (22/1/2023) menyampaikan, penyidik masih mendalami dan mencari keterkaitan dari berbagai keterangan untuk mengungkap kasus pembunuhan berantai oleh Wowon cs. Sampai saat ini, kepolisian masih belum menerima laporan kehilangan dari masyarakat.
”Maka dari itu, kami meminta kepada masyarakat, apabila ada keluarga, kerabat, atau yang bersangkutan langsung ada relasi dengan pelaku, silakan melapor ke penyidik Polda Metro Jaya,” kata Trunoyudo saat dihubungi dari Cianjur.
Baca Juga: Menelisik Kejahatan Rasional-Konspiratif oleh Trio Pembunuh
Pada Kamis (19/1), polisi beserta warga setempat membongkar lantai rumah kontrakan berukuran 15 meter x 7 meter di Desa Kertajaya, Kecamatan Ciranjang, Cianjur, Jawa Barat. Di dalam rumah yang jaraknya sekitar 6 kilometer dari rumah Wowon dan Duloh di Desa Gunungsari itu, jasad korban diduga bernama Farida ditemukan terkubur dalam liang berukuran 1,5 meter x 1,5 meter dengan kedalaman 2 meter.
Dedi Somantri (39), pemilik kontrakan, tidak menyangka jika di dalam rumah yang ditempatinya selama 20 bulan setelah Wowon dan teman-temannya pergi terdapat jasad perempuan dewasa. Diketahui, Wowon mengontrak di rumah Dedi pada medio 2021 dan menempatinya selama empat bulan.
”Saya tidak menyangka. Waktu itu, polisi datang dan membongkar ruang tengah karena ada korban pembunuhan, katanya. Sewaktu renovasi rumah juga tidak ada tanda-tanda bekas coran untuk lubang itu,” kata Dedi saat ditemui di kediamannya.
Menurut keterangan warga sekitar yang turut menggali lubang tersebut, di dalamnya terdapat enam karung berisi tanah dan satu karung berisi pasir. Tepat di bawah sebuah karung pasir tersebut, kerangka manusia berpakaian daster putih bercorak bunga-bunga ditemukan. Jasad tersebut, menurut warga, dalam posisi seperti orang melahirkan dengan satu tangan di bawah kepala, satu tangan lainnya telentang, sementara kedua kakinya menekuk ke atas.
Dedi menceritakan, mulanya Solihin datang seorang diri menemui Dedi dan mengatakan hendak mengontrak. Meski sudah memberikan sejumlah uang kepada Dedi, rumah kontrakan itu tidak kunjung ditempati selama kurang lebih satu bulan.
Kemudian, Dedi sempat melihat Solihin datang bersama dua lelaki dan dua perempuan dewasa. Kepada Dedi, dua lelaki itu diperkenalkan bernama Wowon dan Dede, sementara dua perempuan itu bernama Farida dan Rina.
”Dua perempuan itu mengaku sebagai anak Solihin (Duloh). Mereka semua jarang bersosialisasi. Kalau si Solihin, pas lagi datang itu, kadang naik motor, kadang jalan kaki. Dia pakai topi dan masker, wajahnya seperti ditutupi gitu dan ketika disapa hanya mengangguk,” ujar Dedi.
Di antara kelima orang yang mengontrak di rumahnya, Dedi hanya melihat Farida, Rina, dan Dede yang tinggal menetap di dalam kontrakan. Sosok Wowon hampir sama sekali jarang terlihat, sedangkan dalam seminggu Solihin terlihat pulang sebanyak tiga kali.
Hanya empat bulan tinggal di sini. Habis itu tiba-tiba mereka sudah pada pergi dan yang pamit menemui saya orangnya beda.
Selama beberapa kali terlihat, Solihin diketahui keluar dari kontrakan itu pada pagi hari dan kembali pada sore hari. Kepada Dedi, Solihin mengaku sehari-hari bekerja sebagai penjual buah-buahan di Cianjur. Dia juga sempat mengatakan jika hanya mengontrak untuk sementara waktu saja. Namun, jika merasa nyaman, Solihin berencana untuk tinggal lebih lama lagi.
”Hanya empat bulan tinggal di sini. Habis itu tiba-tiba mereka sudah pada pergi dan yang pamit menemui saya orangnya beda. Itu yang pamit ciri-cirinya perempuan berbadan besar, pendek, pokoknya beda waktu datang pertama kali datang. Dia juga pamitnya buru-buru,” ujar Dedi.
Berbeda dengan situasi sekitar rumah Wowon dan Solihin yang berada di permukiman padat, rumah-rumah di sekitar kontrakan itu cenderung berjarak. Di depan rumah, belakang rumah, serta samping kanan rumah tersebut membentang kebun yang luas. Di sebelah kirinya, terdapat rumah kosong yang tidak dihuni.
Selain itu, sejak pukul 20.00 WIB, tidak ada lagi aktivitas dari warga sekitar. Dengan penerangan jalan yang cukup, hanya ada beberapa kali mobil pikappembawa ikan-ikan dari Waduk Cirata yang berjarak sekitar 1,5 kilometer melintasi jalan setapak berukuran dua meter di Desa Kertajaya itu.
Pamit
Meski jarang bersosialisasi dengan tetangga sekitar, sepenglihatan Dedi, penghuni kontrakan itu beberapa kali sempat berinteraksi dengan pemilik warung yang berada sekitar 50 meter dari rumah mereka. Leni, pemilik warung tersebut, menyampaikan, beberapa kali dua perempuan yang diduga Farida dan Rina sempat berbelanja di warungnya.
”Ada dua teteh-teteh yang biasanya belanja di sini. Mereka kadang berdua, kadang sendiri. Biasanya beli kopi, jajanan, minyak goreng, tetapi jarang ngobrol panjang. Beli, habis itu pergi,” kata Leni.
Kepada Leni, dua perempuan itu mengaku sebagai tenaga kerja wanita dan salah satu di antara mereka mengaku sebagai istri Dede. Mereka tinggal di kontrakan tersebut sebagai transit lantaran salah satunya hendak berangkat ke luar negeri, sedangkan satu yang lain baru saja kembali dari luar negeri.
Menurut Leni, dari perawakannya, kedua perempuan itu berumur sekitar 35 tahunan. Dengan paras mereka yang cantik, berkulit putih, berambut panjang, serta berpenampilan mencolok di antara warga lainnya, dua perempuan itu sempat berjualan nasi uduk dan pecel di teras kontrakan.
”Sekitar beberapa bulan tinggal di sini, mereka sempat jualan di depan rumah. Ramai yang datang ke sana karena memang masakannya enak,” kata Leni.
Namun, usaha mereka tidak bertahan lama. Sekitar satu bulan sebelum kontrakan tersebut mendadak kosong, salah satu perempuan yang diduga bernama Rina berpamitan dengan Leni. Saat itu, Rina mengatakan, ia akan kembali ke Bandung dan tidak akan bertemu lagi dengan Leni.
Namun, Rina sempat memberi tahu jika akan ada sosok perempuan pengganti dirinya yang tinggal di kontrakan tersebut. Setelah sosok Rina menghilang, perempuan yang diduga bernama Farida tinggal sendiri. Meski ada Dede di dalam rumah tersebut, Farida kerap meminta anak-anak kecil di sekitar rumahnya untuk menemaninya tidur.
”Selang beberapa saat yang satu pergi, datang perempuan yang badannya agak besar. Kalau dari penampilannya berbeda dengan yang sebelumnya, tapi dia juga sama-sama TKW bilangnya. Perempuan itu datang sama anak kecil yang sepertinya sudah SD dan ngakunya istri dari Wowon. Kalau yang pergi itu ngakunya istri dari Dede,” kata Leni.
Tidak lama setelah perempuan yang mengaku sebagai istri Wowon datang, para penghuni kontrakan itu pergi entah ke mana. Leni sempat melihat mereka berberes-beres. Sekitar pukul 18.00 WIB atau seusai Maghrib, Leni melihat sepeda motor datang secara bolak-balik dengan orang yang membawa barang-barang para penghuni kontrakan tersebut.
Sebelumnya berpindah, perempuan yang mengaku sebagai istri Wowon itu bertegur sapa dengan istri ketua rukun warga setempat di warung Leni. Saat itu, mereka ditagih memberikan kartu keluarga sebagai syarat administrasi. Hal itu karena warga sekitar sempat resah lantaran sempat ada mobil yang datang di malam hari sehingga warga mencurigai para penghuni kontrakan tersebut sebagai tempat prostitusi.
”Jadi, setelah ditagih KK oleh Bu RW, mereka langsung pergi gitu. Solihin sempat ke sini juga berpamitan. Dalam bahasa Sunda yang halus dan ramah, dia pamit dan minta maaf kalau ada salah. Terus saya lihat mereka pindahan pakai sepeda motor bolak-balik, cepet gitu, sepertinya mereka pergi tidak jauh dari sini,” tutur Leni.
Selama tinggal di rumah kontrakan itu, lanjut Leni, ia kerap melihat Dede pergi memancing bersama salah satu tetangganya bernama Uus. Diketahui, Uus adalah kenalan lama Dede sehingga ketika tinggal di sini mereka langsung akrab.
Baca Juga: Rekam Jejak Wowon dan Duloh, Dikenal Ramah dan Taat Beribadah
Ketua RW 006 Desa Kertajaya Tatang Sudrajat menyampaikan, para penghuni kontrakan tersebut memang jarang bergaul dengan tetangga sekitar. Selama menghuni kontrakan itu, mereka tidak pernah ikut berbaur dengan kegiatan masyarakat sehingga asal-usul mereka tidak diketahui secara jelas.
”Saya juga kaget kalau ternyata perbuatannya seperti itu. Ini buat pelajaran bersama dan ke depannya saya akan lebih waspada. Masyarakat juga turut diimbau waspada di setiap kesempatan berkumpul, baik saat rapat, pengajian, maupun berbagai pertemuan lainnya,” ujar Tatang.