Menelisik Kejahatan Rasional-Konspiratif oleh Trio Pembunuh
Ada sedikitnya tiga istri Wowon yang menjadi korban pembunuhan ini. Selain itu, ada satu anak balita yang diyakini anak kandung Wowon, mertua perempuannya sendiri, dan juga dua anak tirinya.
Rentetan pembunuhan oleh trio Wowon, Solihin, dan Dede dilakukan dengan rapi, terukur, dan dipersiapkan matang. Sebuah kejahatan rasional yang konspiratif, dan sedikitnya menewaskan sembilan korban. Para pelaku dan mayoritas korban masih saling bertalian kekerabatan yang erat, seperti istri, mertua, keponakan, juga anak.
Apakah motivasi para pembunuh sekadar penguasaan harta dan membungkam korban sekaligus saksi mata? Semua masih perlu pembuktian lebih lanjut. Pengungkapan kasus ini membuktikan makna pepatah: "Sepandai-pandai membungkus, yang busuk berbau juga". Kejahatan trio pembunuh kejam ini meninggalkan jejak, dan jejak-jejak itu terdeteksi polisi.
Warga di sekitar tempat tinggal ketiga pelaku tidak curiga dengan galian lubang yang dibuat para pelaku bernama lengkap Wowon Eriawan (70) alias Aki, Solihin (67) alias Duloh, dan Dede (35). Padahal, lubang tersebut dipersiapkan untuk mengubur jasad para korban mereka. Wowon juga telah diketahui menikahi beberapa perempuan. Duloh adalah paman dari Iis, salah satu istri Wowon. Dede adalah suami adik Ai Maemunah, atau adik ipar Ai.
Ketiganya ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan berantai yang telah mengakibatkan sedikitnya sembilan nyawa melayang.
Baca juga: Tidak Tertutup Kemungkinan Jumlah Korban dan Tersangka Kasus Pembunuhan Berantai Bertambah
Kesembilan korban, di antaranya Ai Maemunah alias AM (40), serta dua anak Ai dengan Didin (suami pertama atau sebelum menikah dengan Wowon), yakni Ridwan Abdul Muiz alias RA (23) dan MR (17). Ketiganya tewas di Ciketing Udik, Bekasi, Jawa Barat.
Dari penyelidikan polisi, ditemukan empat korban yang telah dibunuh sebelumnya di Cianjur, Jawa Barat, yakni Noneng, Wiwin, Bayu, dan Farida. Noneng dan Wiwin adalah mertua dan istri Wiwin yang juga ibu dan anak. Bayu yang berusia dua tahun adalah anak Wowon dan Ai. Farida adalah istri Wowon juga selain Ai dan Wiwin.
Satu korban lainnya, Siti, dibunuh di Surabaya, Jawa Timur, dan jasadnya dibuang ke laut. Jasad Siti ditemukan hingga akhirnya dimakamkan oleh keluarganya di Garut, Jawa Barat. Satu jasad korban lainnya belum diketahui keberadaannya.
Dari sembilan korban tersebut, jasad bernama Noneng dan Wiwin ditemukan di dalam satu lubang berukuran 1 x 2 meter di samping rumah Duloh. Jasad Bayu ditemukan di dalam lubang berukuran 1 x 1 meter di sebelah rumah Wowon.
Wowon dan Duloh tinggal di Desa Gunungsari, Kecamatan Ciranjang, Cianjur, Jawa Barat. Meski tinggal di wilayah rukun tetangga yang berbeda, rumah mereka hanya terpaut jarak sekitar 100 meter. Hanya ada satu akses jalan setapak berukuran 1 meter yang menghubungkan dua rumah mereka. Sejauh mata memandang, sepanjang jalan tersebut berisi rumah-rumah penduduk yang relatif cukup padat.
Dedi (45), warga Desa Gunungsari, mengatakan, warga sekitar sempat melihat sebuah lubang tepat di belakang rumah Duloh. Warga tidak menaruh curiga lantaran Duloh dikenal sosok yang taat dan rajin beribadah meski cenderung tidak banyak berbicara.
”Warga sempat melihat ada lubang di samping rumahnya, persis di lokasi ditemukannya dua jenazah di rumah Solihin itu. Dikiranya untuk tangki septik. Ternyata dijadikan kuburan untuk dua korban,” ucapnya.
Dedi yang turut ikut membongkar lubang tersebut menceritakan, di dalamnya terdapat dua jasad perempuan dewasa yang telah menjadi kerangka dan ditutup sarung. Saat pembongkaran, lanjut Dedi, terdapat tiga lapis coran semen dengan masing-masing ketebalan kira-kira 5 sentimeter.
Bagi warga sekitar, Duloh dikenal sebagai warga asli Desa Gunungsari yang telah menetap selama lebih dari 25 tahun. Di petak berukuran sekitar 15 x 10 meter itu, Duloh tinggal di sebuah bangunan bernuansa biru bersama istri dan dua anaknya. Menurut keterangan tetangga sekitar, begitu kejahatan Duloh terungkap, keluarganya mengungsi ke tempat lain.
Suami saya bilangnya untuk saluran air. Baru tahu sekarang kalau ternyata ada jenazah yang katanya anak suami saya dengan istri yang lain di dalamnya.
Di sisi lain, kesaksian serupa tentang lubang galian juga disampaikan oleh Iis (40), istri yang dinikahi oleh Wowon pada 2005. Kepada Iis, Wowon mengatakan, lubang di samping rumahnya digunakan untuk tangki septik atau saluran air.
”Suami saya bilangnya untuk saluran air. Baru tahu sekarang kalau ternyata ada jenazah yang katanya anak suami saya dengan istri yang lain di dalamnya. Kalau tahu begitu mah saya enggak mau,” ujar Iis.
Semenjak menikah dengan Iis, Wowon tinggal di rumah milik Iis. Di rumah yang bernuansa biru tua dengan ukuran kira-kira 10 x 8 meter itu, Wowon dan Iis dikaruniai dua anak.
Desa Gunungsari berjarak kira-kira 20 kilometer dari pusat Kota Cianjur. Perjalanan menuju desa tersebut memakan waktu sekitar 40 menit dengan sepeda motor lantaran akses jalan menuju ke sana berlubang, bergelombang, serta dilalui truk-truk sehingga perlu berhati-hati.
Ketua RW 002 Desa Gunungsari Dedi Setiadi menjelaskan, jasad tiga korban yang ditimbun di rumah Wowon dan Duloh bukanlah warga Desa Gunungsari. Setiadi juga tidak curiga karena selama ini tidak ada laporan dari warga sekitar terkait gelagat aneh dari Wowon dan Duloh.
”Bukan warga sini. Kalau itu warga sini, pasti langsung ada laporannya. Kedua orang itu (Wowon dan Duloh) juga dikenal sebagai orang yang baik-baik saja artinya tidak pernah bikin masalah di sini,” ujar Setiadi.
Berdasarkan penuturan warga sekitar, Duloh jarang berada di rumah lantaran berjualan cincau di Bantargebang, Bekasi. Wowon tidak diketahui pasti pekerjaannya karena ada yang menyebut dia bekerja di pabrik beras, ada yang menyebut dia sebagai penjual buah, ada pula yang menyebut dia berjualan obat.
Setiadi menambahkan, terdapat berbagai kegiatan rutin yang dikuti oleh masyarakat sekitar, seperti rapat rukun tetangga, rukun warga, ronda, hingga kerja bakti. Di antara kegiatan itu, Duloh cenderung lebih aktif ikut berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat sekitar ketimbang Wowon.
Mungkin mereka sudah beberapa kali melakukan itu sehingga mereka pintar menyembunyikan tindak kejahatannya. Caranya pun semakin halus atau perlahan, yakni dengan racun. Dari polanya, mereka semakin mendalami.
”Makanya warga pada kaget pas tahu kalau mereka pembunuh sadis. Soalnya, gerak-gerik dua orang itu tidak terlihat mencurigakan. Mereka jarang terlihat saja, si Duloh karena sibuk kerja di Bantargebang, si Wowon memang jarang berinteraksi,” kata Setiadi.
Kejahatan rasional
Dosen Kriminologi Universitas Indonesia, Josias Simon Runturambi, menyebut, kejahatan tiga tersangka pembunuhan berantai merupakan tindakan rasional. Ketiga tersangka itu telah mempersiapkan pembunuhannya dalam waktu yang cukup lama.
”Dari cara mereka menyampaikan alibi membuat lubang, ada kemampuan untuk menyembunyikan jejak. Tidak hanya pada cara menyembunyikannya, tapi juga terkait dengan justifikasi atau pembenaran mereka,” ujar Josias saat dihubungi dari Cianjur.
Menurut Josias, mereka mampu membuat masyarakat sekitar, termasuk keluarga terdekat, tidak merasa janggal dari lubang tersebut. Bahkan, Wowon juga dapat meyakinkan pihak keluarganya jika lubang tersebur hanyalah saluran air biasa.
Dari cara menyembunyikan, cara membunuh, hingga cara meyakinkan orang-orang disekitarnya, lanjut Josias, ketiga tersangka itu bukanlah pelaku amatir. Mereka terlihat jeli dan rapi untuk menjaga agar tindak kejahatan mereka tidak terdeteksi dan terungkap oleh orang lain.
”Mungkin mereka sudah beberapa kali melakukan itu sehingga mereka pintar menyembunyikan tindak kejahatannya. Caranya pun semakin halus atau perlahan, yakni dengan racun. Dari polanya, mereka semakin mendalami,” kata Josias.
Selain itu, korban-korban mereka juga berasal dari sanak keluarga atau orang terdekat. Bagi Josias, pilihan pelaku itu menunjukkan jika mereka memperhitungkan kapasitas dari para korbannya.
”Kalau di kejahatan lain, mereka harus mengukur kapasitas korban, apakah mereka melawan atau tidak. Ini juga yang agak berbeda,” kata Josias.
Baca juga: Rekam Jejak Wowon dan Duloh, Dikenal Ramah dan Taat Beribadah
Josias menambahkan, dalam kasus-kasus pembunuhan seperti itu, seseorang menghalalkan segala cara untuk menutupi jejaknya, terlebih jika dilakukan secara berkelompok. Kemudian, Josias melihat, pola mereka berpindah tempat (Wowon), memiliki istri serta anak, adalah cara untuk menjaga rahasia kejahatan mereka agar tak terbongkar.