70 Persen Warga Jakarta Ditargetkan Beralih ke Transportasi Umum
Ketika berbagai infrastruktur transportasi publik sudah selesai dan mumpuni, setidaknya 60-70 persen warga Jakarta diharapkan dapat beralih menggunakan transportasi publik.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia berkomitmen mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals pada tahun 2030. Salah satu upaya pemerintah untuk mencapai target tersebut ialah dengan menggalakkan penggunaan transportasi publik sebagai transportasi utama bagi warga Jakarta. Setidaknya, 60-70 persen warga Jakarta ditargetkan dapat beralih menggunakan transportasi publik.
Program tersebut juga merupakan upaya menekan polusi udara yang terjadi beberapa bulan terakhir di Jabodetabek. Apalagi, polusi terbesar disumbang oleh sektor transportasi dengan presentase mencapai 44 persen, diikuti industri manufaktur 31 persen, sektor perumahan dan komersial 15 persen.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa mengajak masyarakat menerapkan gaya hidup berkelanjutan yang mendukung pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030. Moda transportasi umum dinilai merupakan salah satu sarana strategis untuk mendorong gaya hidup berkelanjutan dan mendukung pengurangan polusi udara.
”Keterlibatan pemerintah, parlemen, filantropi, pelaku usaha, organisasi masyarakat, dan akademisi juga diperlukan untuk memastikan capaian TPB/SDGs yang telah direncanakan,” kata Suharso dalam acara Kampanye Green Economy and Green Environment di Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat, Selasa (12/9/2023).
”Sebagai bagian dari penduduk dunia, Suharso mengatakan, hal paling kecil yang dapat dilakukan adalah menyayangi bumi dengan turut bersama-sama menyelesaikan triple planetary crisis (perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati).
Akan tetapi, saat ini jumlah pengguna kendaraan pribadi di Jakarta masih lebih banyak dibandingkan dengan pengguna transportasi umum. Jumlah pengguna kendaraan pribadi di Jakarta saat ini sudah mencapai 15-20 juta kendaraan per hari.
Suharso menyampaikan, pemerintah juga sedang mengembangkan berbagai moda transportasi publik Jakarta. Di antaranya seperti pengembangan jalur MRT fase 2 dan light rapid transport (LRT).
Ketika berbagai infrastruktur transportasi publik sudah selesai dan mumpuni, Suharso berharap setidaknya 60-70 persen warga Jakarta beralih menggunakan transportasi publik.
Pembangunan transportasi publik pun tidak hanya berhenti di Jakarta. Sejumlah daerah lain diproyeksikan mempunyai beragam transportasi publik seperti di Jakarta.
Suharso menyebut, saat ini Jakarta merupakan kota dengan layanan transportasi terbaik di Indonesia. Terdapat berbagai moda transportasi di Jakarta, seperti mass rapid transit (MRT), LRT, bus Transjakarta, dan KRL.
Menurut Suharso, ada sepuluh kota di Indonesia yang berpotensi memiliki transportasi umum seperti MRT, dan LRT di masa mendatang. Dua di antaranya ialah Medan, Sumatera Utara; dan Surabaya, Jawa Timur.
Bappenas saat ini telah menyusun perencanaan pengembangan tersebut. Meskipun demikian, Suharso tidak menyebut secara spesifik kapan proyek moda transportasi tersebut bisa mulai diimplementasikan.
”Kami belum bisa menyebutkan lebih spesifik. Yang jelas siap menyongsong Indonesia Emas 2045. Perencanaannya sudah disusun Bappenas,” ujarnya.
Sementara itu, PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta menargetkan dapat mengangkut 70.000 penumpang per hari pada akhir 2023. Jumlah tersebut melampaui target pada tahun 2022, yakni 50.000 penumpang per hari.
Pada Agustus 2023, Direktur Utama MRT Jakarta Tuhiyat menyebutkan, terdapat 3.025.826 orang yang menggunakan layanan MRT Jakarta. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa rata-rata per hari, setidaknya sekitar 97.603 warga menggunakan layanan MRT Jakarta.
Adapun total jumlah perjalanan kereta yang digunakan ialah 8.253 perjalanan dengan ketepatan waktu tempuh, kedatangan, dan berhenti mencapai 99,9 persen. Jumlah angka keterangkutan tersebut menunjukkan adanya kenaikan jumlah total penumpang dari bulan sebelumnya, yakni 2.853.963 orang.
Untuk meningkatkan angka keterangkutan, PT MRT Jakarta akan bekerja sama dengan berbagai pihak. Kerja kolaborasi dengan sejumlah operator transportasi publik pengumpan (feeder) juga dinilai dapat mendorong peningkatan angka keterangkutan. Sebab, moda pengumpan juga mengangkut dari kawasan hunian langsung menuju stasiun terdekat.