Sheina Ashley Pribadi, Batu Bata Sang Pencinta Lingkungan
Sheina Ashley Pribadi sedikit memaksakan fisiknya dengan tetap rutin latihan berenang untuk berlomba. Kadang, ia bahkan bisa terjaga semalaman demi proyeknya.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·5 menit baca
Kepedulian terhadap alam menggugah Sheina Ashley Pribadi (18) untuk merampungkan eksperimen yang menorehkan deretan penghargaan berkaliber internasional. Segudang aktivitasnya kerap hanya menyisakan sekelumit waktu luang, tetapi ia masih sempat mencurahkan tenggang rasa.
Sheina terlihat mengenakan masker. Ia sesekali terbatuk-batuk. Siswi kelas XII Jakarta Intercultural School (JIS) itu rupanya sedang kurang fit sekitar seminggu terakhir. ”Mungkin lagi penat juga. Paling kepikiran, bikin banyak esai untuk masuk universitas,” tuturnya saat ditemui di Jakarta, Jumat (10/11/2023).
Setiap perguruan tinggi bisa meminta tiga esai disambi mengisi formulir dan menyiapkan dokumen dengan runutan hingga berbulan-bulan. Ia ternyata sedikit memaksakan fisik dengan tetap rutin latihan berenang untuk berlomba. Kadang, Sheina hanya tidur beberapa jam, bahkan bisa terjaga semalaman.
”Memang, sibuk banget, tapi enggak apa-apa. Aku senang, kok,” katanya sembari tersenyum. Ia mengaku baru cukup istirahat setelah dokter dengan saklek memintanya untuk rehat. Demikian Sheina dengan seabrek kegiatannya yang tak jarang pula mengukir prestasi.
Ia, misalnya menggondol penghargaan The Iris Project atas inovasi batu bata yang sebagian besar terbuat dari abu terbang (fly ash), September 2023. Sheina menempati runner-up kategori seed dengan hibah sebesar 1.500 dollar AS atau sekitar Rp 23 juta untuk merealisasikan gagasannya tersebut.
Proyek itu menyodorkan substitusi batu bata konvensional atau berbahan tanah liat yang menimbulkan polusi. Ia berkreasi untuk menekan pencemaran udara dengan produk buangan dari pembangkit listrik yang menggunakan batu bara. Batu bata ramah lingkungan tersebut juga bisa dicetak lebih murah.
Idenya bermula ketika ia mengikuti sekolah musim panas di San Francisco, Amerika Serikat, pertengahan tahun 2022, selama lebih kurang sebulan. Animo bergelut dengan lingkungan yang tinggi mengantar Sheina bersua insinyur, doktor, hingga profesor untuk berkonsultasi.
”Aku berkali-kali mendengar, polusi di Indonesia parah. Industrinya juga begitu besar. Aku jadi ingin mempelajari dan mencari solusinya,” ucapnya. Antusiasme Sheina demikian kuat sampai-sampai ia membangun prototipe rumah dari batu bata berukuran 2 x 2 meter.
Bangunan mungil tersebut didirikan di halaman belakang kediaman sang nenek. Bukannya diomeli, ia justru disambut dukungan, tentunya dengan meminta izin dulu. Berkat formula akhir Sheina, ia mampu mengganti sebagian besar semen yang digunakan dalam batu bata.
Sheina juga mencegah lebih dari 50 persen karbondioksida yang keluar dari produksi semen. Setiap kilogram (kg) semen yang diganti dengan abu terbang dapat mengurangi emisi 900 gram karbondioksida. Ia tak ketinggalan pula memvalidasi hipotesisnya dengan uji laboratorium.
Sembilan rumus
Formula abu terbang Sheina ternyata lebih kuat dibandingkan batu bata semen biasa. Elan peneliti yang pantang menyerah ia refleksikan dengan melibas deretan kegagalan hingga menemukan metode paling pas setelah menguji hingga sembilan rumus.
”Waktu pembuatan prototipe, aku terus mencoba. Enggak berhasil. Batu bata benar-benar hancur karena aku pikir bisa menghasilkannya dari fly ash murni,” ujarnya. Begitu lama waktu yang dibutuhkan, tetapi Sheina tak ambil pusing lantaran sangat menikmati percobaannya.
Tak heran karena ia juga wira-wiri ke bengkel kecil untuk merampungkan 3.500 batu bata di Bogor, Jawa Barat. Berat setiap batu bata rata-rata 2,8 kg. Sheina yang bercita-cita menjadi wirausaha produk ramah lingkungan itu mengaplikasikan karyanya untuk trotoar di Tangerang Selatan, Banten.
Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Sheina juga terpilih untuk menghadiri Konferensi Pemuda Habitat Kemanusiaan Asia Pasifik di Seoul, Korea Selatan, Oktober 2023. Perwakilan termuda tersebut bertolak seusai pengajuannya untuk hibah mikro merebut posisi 10 besar.
Pada bulan yang sama, ia menyabet penghargaan kategori emas World Youth Invention and Innovation Award 2023 untuk makalahnya tentang batu bata. Belum lagi, kemenangan Sheina atas kompetisi global Rise dengan seremoni yang akan digelar di London, Inggris, pertengahan tahun 2024.
Rise mendukung 100 proyek pelajar terbaik dari sekitar 14.000 peserta, antara lain, dengan pendanaan, beasiswa, akses menuju pengembangan karier, jejaring, dan mentoring. Sheina sungguh antirebahan lantaran saat lowong pun ia isi dengan menulis yang turut menambah koleksi trofinya.
Tepa salira
Pada pertengahan tahun 2023, JIS mengumumkan empat muridnya yang diapresiasi Columbia Scholastic Press Association, termasuk Sheina. Ia kemudian menunjukkan piagam First Place itu berkat artikelnya, ”How to Take Notes in Class”, yang menjuarai program Gold Circle Awards ke-39.
”Aku memang hobi nulis. Tema ringan saja yang bermanfaat buat teman-teman. Minatku yang lain olahraga, terutama renang. Ikut lomba juga mewakili sekolah,” tuturnya. Ia pun terbiasa menghabiskan akhir pekan untuk berkutat dengan proyek yang bisa berlangsung beberapa bulan tanpa sungkan berkotor-kotor.
Tenggelam dalam penelitiannya bukan berarti menjauhkan Sheina dari tepa salira. Ia acapkali mengunjungi anak-anak yang sakit untuk menerbitkan harapan dengan menggambar bersama keluarganya. Hampir setiap minggu, mereka bercengkerama selama lebih kurang dua jam.
”Tahun lalu, masih aktif, tapi aku lagi fokus untuk bersiap masuk kampus. Aku pengin mengambil studi tentang lingkungan,” katanya.
Sewaktu senggang, Sheina sesekali juga menekuni sinematografi meski baru menggarap film-filmnya sebatas rekreatif.
Ia memfavoritkan tontonan misteri pembunuhan seperti Death on the Nile, Sherlock Holmes, dan Murder on the Orient Express yang mengajaknya berpikir. ”Benar-benar mengasyikkan. Kalau enggak, aku jadi gampang bosan,” ucap Sheina diiringi tawa.
Ia gemar melahap buku-buku psikologi atau perilaku. Sheina lantas menyebut Atomic Habits dan The Great Gatsby yang tergolong bacaan kesukaannya. ”Aku tertarik banget kalau bisa menghubungkannya dengan kehidupan. Mulai mengatur waktu sampai memahami perspektif orang lain,” ujarnya.
Lazimnya anak muda, Sheina pun mencecap musik dengan jemarinya yang menari di atas tuts-tuts piano dan mengidolakan penyanyi asal Amerika Serikat, Olivia Rodrigo. ”Apa saja aku dengar. Lagu-lagu klasik, Korea, dan Jepang. Aku juga sering main bareng teman yang bawa biola,” tuturnya.
Sheina berpesan kepada generasi penerus untuk tak mudah patah semangat, mengeksplorasi potensi, dan senantiasa berpegang pada nurani. ”Kalau mendapati masalah, tapi enggak puas, perbaiki. Jangan biarkan orang lain membuat ragu-ragu hanya karena memandang usia,” katanya.