Cita-cita dan Energi Bertautan di "Street Race" BSD
Tujuan balapan jalanan resmi menemui sasarannya. Penonton belia berharap suatu saat jadi pebalap atau berpartisipasi di lintasan.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
Suara knalpot bertalu-talu memekakkan kuping. Bisingnya berpadu dengan rintik hujan sejak siang hingga sore di Jalan Gipti BSD Grand Boulevard, Kabupaten Tangerang, Jumat (22/4/2022).
Kombinasi itu tak menyurutkan duyun-duyun orang. Mereka terus datang, baik sendiri, berpasangan atau bergerombol. Alhasil parkiran, paddock area, dan tepi jalan sepanjang 500 meter penuh oleh ratusan orang yang menyaksikan balapan jalanan Fastron Enduro Street Race Polda Metro Jaya-BSD.
Dimas Rangga Aditya (12) diboyong ayahnya, Nur Ikwan. Mereka berdua datang dari Jombang, Tangerang Selatan, ke lokasi balapan.
Sepanjang hari, siswa kelas 7 ini berada di paddock area menyaksikan sang ayah mengotak atik sepeda motor bebek Fiz R untuk balapan. Dia serius mengamati keluwesan tangan ayahnya menyetel mesin 2 tak berkapasitas 110,4 cc.
”Pengin jadi pebalap karena suka motor. Mungkin nanti kalau ada kesempatan bisa jadi joki,” ujarnya.
Pelajar ini mengaku pernah sekali mengikuti balapan di Bogor, Jawa Barat, bersama saudaranya. Dalam balapan sepeda motor matic di lintasan sepanjang 201 meter, seluruh badannya serasa melayang.
”Ada rasa ngeri, tapi penasaran mau coba lagi melaju di lintasan,” katanya.
Fastron Enduro Street Race Polda Metro Jaya-BSD di Jalan Gipti BSD Grand Boulevard berlangsung hingga Minggu (24/4/2022). Hari pertama memperlombakan kelas sepeda motor bebek 2 tak dan 4 tak, sepeda motor sport 2 tak dan 4 tak, serta sepeda motor matic.
Satu per satu pebalap antre masuk ke lintasan. Mereka terus menggeber sepeda motor sambil menanti giliran beradu kecepatan sesuai dengan kelasnya.
Dari tepi lintasan ada Rizki Herisaputra (14) dan Nadif Variel (14) yang antusias menyaksikan. Keduanya datang dari Cipondoh, Kota Tangerang, sejak siang.
”Pengin ikut, tapi telat daftar. Tahunya mendadak dari Instagram Wahyu Kandacong, pendiri komunitas bikers Senang Kencang,” ucap keduanya kompak.
Mereka penyuka sepeda motor dan balap. Bahkan, keduanya beberapa kali ikut balapan liar menggunakan sepeda motor matic di kawasan BSD. Taruhannya paling sedikit Rp 100.000 untuk makan bersama teman sebaya atau modifikasi sepeda motor.
Balapan resmi begini lebih enak. Tidak waswas dikejar polisi. Tapi, harus kumpulin uang untuk biaya pendaftaran.
”Balapan resmi begini lebih enak. Tidak waswas dikejar polisi. Tapi, harus kumpulin uang untuk biaya pendaftaran,” ujar Rizki yang disetujui Nadif.
Polda Metro Jaya menginisiasi balapan jalan ini sebagai ikhtiar memutus balapan jalanan yang rawan kecelakaan dan kriminalitas ikutan.
Kepala Kepolisian Resor Tangerang Selatan Ajun Komisaris Besar Sarly Sollu menyebutkan, sasaran utama Fastron Enduro Street Race Polda Metro Jaya-BSD ialah komunitas balap supaya terwadahi dan berprestasi ketimbang meresahkan masyarakat.
”Street race sebagai wadah yang liar menjadi resmi. Mudah-mudahan hobinya tersalurkan dan menekan balapan liar yang merugikan masyarakat,” ucapnya.
Penyaluran energi
Pebalap liar dan pebalap sirkuit memeriahkan Fastron Enduro Street Race Polda Metro Jaya-BSD yang berlangsung pukul 14.00 hingga jelang berbuka puasa. Mereka mengapresiasi sekaligus berharap balapan jalanan resmi terus berlanjut sebagai wadah penyaluran energi.
Rizal Hidayatullah (19) tampak girang seusai melaju satu putaran di lintasan. Pemuda dari Depok, Jawa Barat, yang putus sekolah di kelas 11 karena kendala biaya ini meraih catatan 10 detik dengan sepeda motor maticnya.
”Puas karena memang hobi motor dan balap. Habis Rp 3 juta untuk balap,” kata pebalap dari Jerukbali Garage.
Rizal sudah menjadi joki balap sejak kelas 6. Dia balapan di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, dan sirkuit di Sentul, Bogor.
Menurut dia, balapan liar punya gengsi tersendiri karena tidak ada pembagian kelas sepeda motor dalam balapan. Namun, balapan resmi lebih terjamin keamanan dan keselamatannya.
”Kalau liar, situ berani, saya berani meskipun ketar-ketir ketangkap. Di sini (balap resmi) lebih bebas menarik gas tanpa pikir polisi,” ujarnya.
Dede Sumarni (29) sependapat bahwa balapan resmi bagus sebagai wadah pebalap jalanan. Salah satu joki perempuan ini menyukai sepeda motor sehingga ikut kelas sepeda motor matic.
”Senang banget karena ada acara yang sediakan tempat balapan jalanan resmi. Anak-anak jadi punya tempat biar tidak balapan liar,” kata wiraswasta di Jakarta Selatan itu.
Dede tergabung dalam komunitas Arci Jakarta. Sore itu, dia menggeber Aerox 155 cc hingga kecepatan 125 km per jam di lintasan lurus sebanyak tiga putaran.
Orangtua sebenarnya melarang. Tapi, saya kasih kepercayaan bisa jaga diri dan hati-hati. Apalagi ini balapan resmi.
”Orangtua sebenarnya melarang. Tapi, saya kasih kepercayaan bisa jaga diri dan hati-hati. Apalagi ini balapan resmi,” ucapnya.
Secara keseluruhan ada 687 pebalap yang mendaftar untuk Fastron Enduro Street Race Polda Metro Jaya-BSD. Mereka terdiri dari 600 pebalap sepeda motor dan 87 pebalap mobil.
Pebalap terdiri dari usia belasan hingga puluhan tahun. Sebagian merupakan pebalap liar di jalanan Jabodetabek dan sisanya pebalap resmi.
Penyelenggara tidak mengecek surat-surat kendaraan. Justru pebalap dan mekanik akan menerima sertifikat. Harapannya, balapan jalanan resmi menjadi wadah pendidikan, penyaluran bakat, dan ruang pembelajaran, serta penegakan hukum demi teratasinya balapan liar.