Penguncian Wilayah Dibuka, Shanghai Menghirup Udara Segar
Perekonomian mulai berdenyut di Shanghai. Meski demikian, hidup 25 juta warga kota itu belum bakal pulih seperti sebelum penguncian.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
SHANGHAI, SELASA – Otoritas kota Shanghai, China, Selasa (31/5/2022), mulai membongkar pagar-pagar di sekeliling permukiman warga. Garis polisi di sekeliling area dan gedung publik mulai dilepas. Akhirnya, warga Shanghai bisa menghirup udara segar setelah dua bulan harus tinggal di rumah saja akibat merebaknya penularan Covid-19.
Pada Senin, pemerintah kota Shanghai mengumumkan akhir penguncian wilayah selama dua bulan. Warga diperbolehkan meninggalkan rumah untuk bekerja dan berkendara dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum mulai Rabu.
Kelegaan menyelimuti warga kota berpenduduk 25 juta orang itu. Beberapa warga diperbolehkan keluar dari kompleks hunian untuk berjalan-jalan sebentar pada Senin malam. Mereka berjalan-jalan sebentar di jalanan yang lengang sambil menikmati es krim atau bir.
Meski demikian, perasaan khawatir tetap tersisa. ”Saya sedikit gugup. Sulit dipercaya ini benar-benar terjadi,” kata Joseph Mak, tenaga pendidik.
Sampai Selasa tengah malam nanti, kebanyakan warga masih bakal tetap berada di dalam rumah, seperti malam-malam selama dua bulan terakhir. Namun, mereka bisa kembali beraktivitas dengan normal pada hari berikutnya. ”Ini hari yang kita nanti-nantikan selama ini,” kata juru bicara pemerintah kota Shanghai, Yin Xin.
China memberlakukan karantina atau penguncian wilayah total (lockdown) sejak 1 April 2022. Kala itu terdeteksi ribuan kasus penularan Covid-19 per hari. Guna membendung penyebaran, Pemerintah China mewajibkan warga tinggal di rumah serta menutup jembatan, terowongan, dan jalan raya. Pemerintah juga melakukan tes massal karena penularan terdeteksi dalam skala besar.
Kebijakan lockdown yang berlarut-larut memicu kemarahan warga Shanghai. Selain frustrasi karena terkungkung dalam waktu lama, banyak di antara mereka kehilangan pendapatan serta kesulitan mendapatkan bahan makanan dan layanan kesehatan. Dalam tataran lebih luas, lockdown mengganggu sektor manufaktur dan ekspor yang menopang perekonomian kota Shanghai. Rantai pasok global di China dan seluruh dunia pun terganggu. Dampaknya, perekonomian global turut melambat.
Yin mengatakan, konferensi pers harian untuk menginformasikan perkembangan kasus Covid-19 akan ditiadakan. ”Semua orang berkorban banyak. Hari ini sulit kita menangi. Kita perlu menghargai dan melindunginya. Kita sambut lagi Sanghai yang kita akrabi dan kita rindukan,” ujarnya.
Perekonomian kembali berdenyut, Selasa. Restoran kembali memenuhi rak bahan makanan, bar mempercantik diri, dan pekerja mulai membersihkan jendela-jendela toko. Meski demikian, warga harus tetap mematuhi protokol kesehatan. Mereka harus tetap memakai masker dan menghindari kerumunan. Makan di restoran belum diperbolehkan. Unit bisnis baru bisa beroperasi dengan kapasitas 75 persen. Sasana olahraga pun baru dibuka nanti.
Hidup belum bakal pulih seperti sebelum lockdown. Sejumlah pegawai bank menuturkan, mereka wajib mengenakan alat pelindung diri lengkap ditambah pelindung wajah ketika perbankan mulai dibuka untuk umum, Rabu. Salah satu di antara pegawai mengatakan, dirinya membawa barang-barang kebutuhan dasar ke kantor seandainya tiba-tiba ada rekan kerjanya terdeteksi positif Covid-19 dan mereka harus diisolasi di kantor bank.
Warga Shanghai tetap harus menjalani tes Covid-19 setiap tiga hari jika menggunakan transportasi umum atau masuk ke fasilitas publik. Siapa pun yang masih tertular Covid-19 dan kontak eratnya tetap menjalani prosedur karantina ketat. Di sebuah apartemen, terlihat bendera dikibarkan bagi warga sebagai latar belakang foto saat mengantre untuk tes PCR sebelum pembukaan wilayah. ”Patut dirayakan. Mungkin kita tidak akan mengalaminya lagi sepanjang hidup,” ujar relawan di lokasi tes.
Pada Senin, Shanghai melaporkan 31 kasus Covid-19, turun dari 67 kasus sehari sebelumnya. Penurunan serupa terjadi di kota-kota lain di China. Hanya tercatat 200 kasus nasional sepanjang awal pekan ini.
China masih mempertahankan kebijakan nihil Covid-19 ketat. Tidak ada toleransi terhadap satu kasus pun di sebuah wilayah. Kebijakan ini dikritik karena berdampak pada perekonomian. Namun, Pemerintah China beralasan, dengan jumlah warga sebanyak itu, kebijakan nihil Covid-19 efektif menghadang laju penyebaran virus. (REUTERS)