Transjakarta Targetkan Pendapatan Rp 415 Miliar untuk Tambal Kekurangan PSO
PT Transportasi Jakarta menargetkan pendapatan di luar tiket Rp 415 miliar pada 2020. Pemasukan itu untuk menutup kekurangan subsidi penumpang (public service obligation/PSO) 2020.
Oleh
Helena F Nababan
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Transportasi Jakarta menargetkan bisa meraup pendapatan di luar tiket (non farebox) sebesar Rp 415 miliar pada 2020. Pemasukan itu dipergunakan untuk menutup kekurangan subsidi penumpang (public service obligation/PSO) 2020.
Yoga Adi Winarto, Pelaksana Tugas Direktur Utama PT Transportasi Jakarta, dalam acara rapat evaluasi kinerja PT Transportasi Jakarta di Komisi B DPRD DKI Jakarta, Senin (3/2/2020), menjelaskan, pada 2020 dari pengajuan subsidi penumpang Rp 3,6 triliun, disetujui Rp 3,29 triliun. Artinya, ada kekurangan yang harus bisa dipenuhi Transjakarta agar bisa memberikan layanan optimal pada 2020.
Welfizon Yuza, Direktur Keuangan PT Transportasi Jakarta, menjelaskan, Transjakarta mengupayakan pemasukan dari nontiket dengan pemasangan iklan di halte dan di badan bus. Pada 2019, pemasukan dari signing fee sebesar Rp 40 miliar.
Pada 2020, sesuai hasil rapat umum pemegang saham luar biasa diputuskan target pendapatan sebesar Rp 415 miliar. Pendapatan itu akan dipergunakan untuk menutup kekurangan subsidi penumpang 2020. Dari pengajuan Rp 3,6 triliun untuk subsidi penumpang 2020, hanya disetujui Rp 3,2 triliun.
Adapun target penumpang total pada 2020 ialah 321 juta orang. Target itu naik dari total yang terlayani pada 2019 sebanyak 264 juta penumpang.
Yoga melanjutkan, kenaikan jumlah penumpang itu diupayakan didukung dengan penambahan rute bus dari 247 rute menjadi 285 rute. Kekuatan armada juga ditambah, dari 3.865 unit saat ini menjadi 4.334 unit.
Anggota Komisi B DPRD, Manuara Siahaan, dalam acara evaluasi, juga meminta supaya bus mikrotans atau angkutan kota juga ditambah. Hal itu karena angkutan ini yang menghubungkan langsung penumpang di permukiman dengan halte Transjakarta terdekat.
Hal lain yang ia soroti ialah revitalisasi prasarana Transjakarta. Layanan Transjakarta merupakan layanan yang dikembangkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sejak 2004. Artinya, banyak halte yang berusia 16 tahun dan kurang memenuhi aspek kenyamanan, keamanan, dan keselamatan penumpang saat ini. Revitalisasi halte sebaiknya dilakukan untuk mendukung kenyamanan perjalanan penumpang.