Protes VAR yang Mengalihkan Realitas Kualitas Indonesia
Shin Tae-yong mengecam kepemimpinan wasit di laga pertama. Jika wasit keliru pun, ”gap” Indonesia masih jauh dari Irak.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR dari Doha, Qatar
·5 menit baca
Ketika pemain-pemain Indonesia masuk ke dalam lapangan untuk menjalani babak kedua laga melawan Irak, Senin (15/1/2024), Pelatih Indonesia Shin Tae-yong berbincang kepada wasit keempat asal Tajikistan, Gulmurodi Sadullo. Sekitar 2,5 menit Shin berbicara dengan wajah kesal. Shin juga memanggil pelatih fisik Indonesia, Shin Sang-gyu, untuk membantunya berkomunikasi dengan Sadullo.
Sang-gyu bertugas sebagai penerjemah timnas untuk berbicara bahasa Korea ke bahasa Inggris. Selain menjalankan peran itu pada konferensi pers, Sang-gyu juga berperan menyampaikan intruksi Shin kepada pemain-pemain naturalisasi di skuad ”Garuda”.
Pada momen di Stadion Ahmad bin Ali, Al Rayyan, Qatar, itu, Shin memprotes keputusan wasit Tantashev Ilgiz yang mengesahkan gol kedua Irak yang dicetak Osamah Rashid pada menit 45+6. Menurut Shin, wasit seharusnya menganulir gol itu karena ada posisi pemain Irak yang offside pada proses peluang sebelum gol itu tercipta.
Meski sempat menghentikan laga sekitar 40 detik untuk memberikan waktu pengecekan asisten wasit video (VAR), Ilgiz yang berasal dari Uzbekistan tetap mengesahkan gol itu. Kondisi itu membuat Indonesia melepas ”angin” yang baik setelah mencetak gol penyama kedudukan melalui Marselino Ferdinan pada menit ke-37.
”Saya ingin menyebut bahwa gol kedua (Irak) 100 persen offside. Gol itu tercipta di momen krusial pada pertandingan. Meskipun ada teknologi mutakhir melalui VAR, keputusan final tetap berada di wasit. Jadi, saya amat kecewa dengan keputusan mengenal gol kedua Irak,” ucap Shin dalam konferensi pers, Senin malam waktu setempat atau Selasa (16/1/2024) dini hari WIB.
Di babak kedua, Indonesia justru ”diselamatkan” oleh VAR. Itu tercipta ketika paruh kedua baru berjalan empat menit. Penyerang Irak, Muhanad Ali, menaklukan Ernando, tetapi gol itu dianulir karena wasit menganggap pemain Irak ada dalam posisi offside dalam proses transisi serangan balik.
Ilgiz sempat berkomunikasi dengan VAR untuk mengonfirmasi keputusan itu. Ia pun memberikan tanda kepada Ernando untuk tidak melakukan tendangan. Namun, yang terjadi, Ernando justru melakukan tendangan yang mengarah ke penyerang Indonesia, Rafael Struick.
Setelah waktu berjalan sekitar 35 detik, Ilgiz memberikan isyarat bahwa laga bisa dimulai lagi. Keputusan VAR dipertegas oleh teknologi offside semi-otomatis (SAOT) yang baru pertama kali digunakan di ajang Piala Asia pada edisi 2023. Tayangan SAOT itu pun tersaji di dua layar besar stadion sekitar 5 menit setelah pertandingan berjalan lagi.
Timnas juga tidak memiliki pemain depan yang kokoh untuk memelihara dan menahan bola demi memainkan satu-dua sentuhan agar gelandang bisa datang untuk membantu serangan.
Di tengah kerugian dan keuntungan VAR itu, ofisial Indonesia melayangkan protes resmi kepada Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC). Indonesia adalah tim pertama yang menyampaikan protes resmi terhadap performa wasit di Piala Asia 2023.
”Kami sudah menyerahkan formulir protes itu kepada match commissioner seusai pertandingan. Kita tahu itu tidak akan mengubah hasil pertandingan, tetapi setidaknya itu bisa menjadi bahan evaluasi agar perangkat pertandingan bisa lebih baik dalam mengambil keputusan pada laga-laga selanjutnya,” kata Manajer Indonesia Endri Erawan.
Timpang
Protes terhadap VAR itu seakan menjadi cara Shin untuk menutup realitas ketimpangan kualitas skuad Indonesia dengan Irak. Persiapan intens selama satu pekan hingga kehadiran Marselino, Ivar Jenner, serta Justin Hubner—yang tidak tampil di laga melawan Irak, November lalu—ternyata tidak cukup untuk memenuhi target raihan satu poin di gim perdana Piala Asia 2023.
Itu membuat Indonesia gagal mempertahankan tradisi baik pada laga perdana empat edisi Piala Asia sebelumnya yang tidak terkalahkan. Absennya Indonesia setelah Piala Asia 2007 menunjukkan telah pesatnya perkembangan persaingan tim-tim di kancah regional.
Kehadiran pemain-pemain naturalisasi, yang dimanfaatkan PSSI sebagai solusi jangka pendek meningkatkan kualitas timnas, terbukti belum mampu membantu timnas bisa menyaingi tim-tim di level Asia.
Perbandingan performa dengan 65 persen berbanding 35 persen penguasaan bola, lalu kreasi lima tembakan tepat sasaran Irak dengan satu tembakan mengarah ke gawang milik Indonesia membuktikan jurang performa itu. Selain tampil menyerang, Irak juga mampu bermain apik ketika ditekan dengan menjalankan transisi permainan yang baik. Mereka mencatatkan dua serangan balik sukses.
Adapun Indonesia yang bermain lebih sering diserang tidak mampu berhasil menembus pertahanan lawan melalui proses serangan balik. Dalam proses build-up, serangan Indonesia juga tidak terlalu baik. Satu-satunya serangan yang sukses berbuah gol diawali improvisasi Yakob Sayuri dan ketenangan Marselino di depan gawang.
Menurut Syamsuddin Umar, asisten pelatih Indonesia di Piala Asia 2007, masih banyak kekurangan skuad Indonesia dalam manajemen permainan menyerang, bertahan, dan transisi. Ia menyebut, tiga bek tengah Indonesia tidak memiliki kemampuan mumpuni untuk bisa bermain dengan pola tiga bek. Buruknya pemahaman taktikal itu membuat pertahanan Indonesia menghadirkan banyak ruang bagi pemain Irak.
”Timnas juga tidak memiliki pemain depan yang kokoh untuk memelihara dan menahan bola demi memainkan satu-dua sentuhan agar gelandang bisa datang untuk membantu serangan. Bisa disaksikan, timnas tidak pernah melakukan dobel serangan. Setelah serangan kita gagal, Irak pasti bisa melakukan serangan balik,” ujar Syamsuddin.
Meski begitu, Syamsuddin melihat masa depan cerah dari skuad Indonesia yang rerata berusia 24,3 tahun itu. Bahkan, susunan 11 pemain utama Indonesia di laga kontra Irak hanya 22,8 tahun. Ia menilai, Piala Asia 2023 bisa menjadi tonggak awal pemain muda Indonesia untuk memetik pelajaran agar semakin berkembang di masa depan.
Garuda hanya punya waktu berbenah dua hari. Jika gagal membaik di laga melawan Vietnam, Jumat (19/1/2024), harapan menciptakan sejarah di Piala Asia pupus lebih dini.