Hujan Lebat Masih Berpotensi Terjadi Saat Puncak Mudik Lebaran 2024
Bibit siklon tropis baru diprediksi memicu hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan bibit siklon tropis terdeteksi dan berpotensi memicu hujan dengan intensitas sedang hingga amat lebat di beberapa wilayah di Indonesia hingga 11 April 2024. Para pemudik ataupun masyarakat luas diimbau mewaspadai cuaca ekstrem pada periode libur Lebaran ini.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengutarakan hal itu dalam konferensi pers terkait prediksi kondisi cuaca jelang mudik dan libur Lebaran secara daring, Kamis (4/4/2024) malam.
Menurut Dwikorita, fenomena cuaca dan iklim di Indonesia amat dinamis serta cepat berubah dibandingkan negara lain yang memiliki letak geografis berbeda. Hal ini disebabkan kondisi geografis Indonesia berada di antara dua samudra besar, yakni Pasifik dan Hindia, serta dua benua, yakni Asia dan Australia.
”Dinamika cuaca di Indonesia saat ini dipengaruhi aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO). Sesuai hasil prediksi satu minggu sebelumnya, saat ini awan hujan sudah datang ke wilayah Indonesia, terutama di bagian barat,” ujarnya.
Selain aktivitas MJO, terjadi fenomena gelombang atmosfer Kelvin dan Rossby serta menghangatnya suhu permukaan laut Indonesia. Ketiga fenomena itu berperan penting meningkatkan pembentukan awan-awan hujan di Indonesia.
Dwikorita menambahkan, analisis terbaru dari BMKG juga mendeteksi bibit siklon tropis baru 96S di sekitar Laut Sawu pada posisi 10,2 derajat Lintang Selatan dan 121 derajat Bujur Timur. Bibit siklon tropis baru ini diidentifikasi menunjukkan kecenderungan menguat secara perlahan dalam beberapa hari ke depan.
Fenomena ini mengakibatkan kecepatan angin maksimal di sekitar sistem bibit skilon 96S tersebut berkisar 15-20 knot atau 28-37 kilometer per jam dengan tekanan di pusat sekitar 1.007 milibar. Bibit siklon ini bergerak ke arah barat daya hingga selatan menjauhi perairan selatan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Selain itu, bibit siklon 96S yang saat ini masih berada di sekitar wilayah NTT tersebut dapat berdampak langsung dan tidak langsung terhadap kondisi cuaca di beberapa wilayah di Indonesia dalam waktu 24 hingga 48 jam ke depan.
Sesuai hasil prediksi satu minggu sebelumnya, saat ini awan hujan sudah datang ke wilayah Indonesia, terutama di bagian barat.
”Dampak bibit siklon ini berupa hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat di wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat, dan NTT. Hal ini juga dapat berdampak terhadap terjadinya angin kencang di sekitar Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT,” kata Dwikorita.
Masyarakat juga perlu mewaspadai potensi gelombang tinggi yang mencapai 1,25-2,5 meter di sekitar Samudra Hindia selatan NTB dan NTT, Selat Sumba bagian barat, perairan selatan Pulau Sumba, perairan selatan Kupang hingga Pulau Rote, dan Laut Sawu bagian selatan.
Dwikorita menekankan, semua fenomena cuaca tersebut diperkirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai kilat, petir, dan angin kencang di sejumlah wilayah Indonesia hingga 11 April 2024.
Wilayah tesebut, antara lain, meliputi Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, semua provinsi di Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan sebagian Papua.
Meningkatkan kewaspadaan
Terkait adanya potensi cuaca ekstrem ini, BMKG mengimbau warga untuk tidak panik. Sebaliknya, informasi tersebut disampaikan agar masyarakat bisa meningkatkan kewaspadaan mengingat saat ini sudah memasuki periode mudik serta libur Lebaran.
Dwikorita mengimbau warga untuk memeriksa informasi di situs Signature.bmkg.go.iduntuk melihat potensi atau prakiraan cuaca di jalur yang dilewati saat mudik Lebaran.
Situs tersebut menampilkan informasi yang disajikan melalui gambar awan yang dinamis menyesuaikan kondisi cuaca secara real time, termasuk prakiraan sepuluh hari ke depan.
Sebagai langkah antisipasi, BMKG juga menyiapkan teknologi modifikasi cuaca (TMC). Pada periode Lebaran 2024, modifikasi cuaca, antara lain, akan dilakukan di Jawa Barat. Teknologi ini diterapkan dengan menebar natrium klorida ke awan hujan sebelum masuk ke wilayah daratan Jawa Barat.
”BMKG terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mengantisipasi berbagai persoalan yang bisa terjadi terkait cuaca ekstrem ini,” ujar Pelaksana Tugas Deputi Bidang TMC BMKG Tri Handoko Seto.