Mencari Pihak yang Diuntungkan dari Perceraian EA dengan FIFA
Setiap tahun, EA Sports merilis seri terbaru dari gim simulasi sepak bola FIFA, tetapi tidak untuk tahun ini. Ada apa?
”FIFA, yuk!” Begitu isi pesan dalam aplikasi Whatsapp milik Raditya (32) saat tengah bersantai di rumahnya pada Sabtu malam di pertengahan September 2023. Pesan tersebut dikirim Ryan (33), seorang teman yang tinggal40-an kilometer dari rumah Raditya di bilangan Pamulang, Tangerang Selatan.
”Gas!” Raditya membalas isi pesan tersebut sambil menyalakan konsol PlayStation 4 miliknya, kemudian masuk ke aplikasi gim FIFA 23.
Di Cimahpar, Bogor Utara, Ryan rupanya telah membuat ”undangan” pertandingan secara daring untuk Raditya. Ia pun telah memilih tim favoritnya, Arsenal, untuk menantang temannya.
Baca juga : Rogoh hingga Jutaan Rupiah demi Gim?
Sambungan internet yang kebetulan sedang bagus malam itu membuat proses matchmaking antara Ryan dan Raditya berlangsung cepat, kurang dari sepuluh detik. Raditya memakai Manchester City untuk mereplikasi laga Community Shield 2023 di dunia nyata.
Bak membalas kekalahan ”The Citizen” di dunia nyata, malam itu Raditya sedang beruntung karena mampu membantai tim Arsenal yang dikontrol Ryan dengan skor 4-1.
Begitulah rutinitas Raditya dan Ryan bila ingin sejenak menarik diri dari hiruk-pikuk dunia nyata. Setiap tahun keduanya memang rutin membeli seri gim FIFA terbaru.
Mereka sudah kadung ketagihan dengan pengembangan grafik, gameplay, serta fitur permainan yang setiap tahun digarap dengan konsisten oleh developer asal Amerika Serikat, Electronic Arts (EA), untuk seri gim FIFA.
Publisher tak lagi menyematkan nama FIFA karena ”perceraian” antara EA dengan organisasi sepak bola dunia, FIFA, selaku pemilik nama brand.
Namun, tahun ini untuk pertama kalinya dalam enam tahun terakhir, baik Raditya maupun Ryan tak lagi membeli seri terbaru gim FIFA.
Alasannya bukan karena mereka jemu dengan upgrade yang dilakukan pengembang gim. EA Sports, anak usaha EA selaku publisher, memang tak lagimenggunakan nama FIFA yang sudah tersemat di setiap edisi gim dalam 30 tahun terakhir.
Untuk edisi musim kompetisi 2023-2024, EA Sports merilis gim bertajuk EA Sports FC 24. Publisher tak lagi menyematkan nama FIFA karena ”perceraian” antara EA dengan organisasi sepak bola dunia, FIFA, selaku pemilik nama brand.
Popularitas global
Sejarah waralaba gim FIFA dimulai pertama kali pada 1993 saat EA memublikasikan gim berjudul FIFA International Soccer untuk konsol SEGA dan Super Nintendo.
Kala itu, gim ini mencuri perhatian dunia karena dirilis berbarengan dengan promo pergelaran Piala Dunia 1994 di AS yang sedang gencar-gencarnya dilakukan.
Baca Juga: Melihat Pertarungan Pramusim Konami vs EA Sports
Mulai sejak itu, setiap tahun EA merilis seri baru dari gim FIFA. Dalam setiap edisi, angka di belakang brand FIFA disematkan sebagai penanda musim kompetisi gim ini dirilis. Sebagai contoh, FIFA 23 dirilis dalam periode musim kompetisi 2022-2023 di Eropa. Adapun tahun sebelumnya, FIFA 22 dirilis ketika musim kompetisi 2021-2022 berlangsung.
Setiap meluncurkan edisi terbaru, EA konsisten melakukan upgrade, tak hanya dari sisi mekanikal permainan, tetapi juga database pemain, hingga database kompetisi.
Konsistensi tersebut membuat gim bergenre simulasi sepak bola dengan pendekatan arcade ini meraih popularitas yang sangat tinggi secara global.
Berdasarkan laporan tahunan EA pada 2021, perusahaan mendapatkan 1,6 miliar dollar AS (Rp 25,36 triliun) dari penjualan gim FIFA dalam rentang April 2020 hingga Maret 2021. Dalam rentang waktu tersebut, EA mencatat terdapat lebih dari 25 juta pemain FIFA di seluruh dunia, baik itu yang menggunakan konsol maupun komputer pribadi (PC).
Penggunaan nama FIFA yang merupakan organisasi sepak bola dunia tidak dilakukan EA secara cuma-cuma. The Economist mengestimasikan FIFA meraup 150 juta dollar AS (Rp 2,37 triliun) dari EA untuk penggunaan nama organisasi dalam setiap edisi gim.
Semula di masa awal pengembangan gim, EA ingin mendapatkan lisensi atas brand FIFA World Cup yang bakal digelar di Amerika Serikat pada 1994. Sayangnya, saat itu lisensi atas Piala Dunia telah didapatkan publisher lain.
Berdasarkan laporan tahunan EA pada 2021, perusahaan mendapatkan 1,6 miliar dollar AS (Rp 25,36 triliun) dari penjualan gim FIFA dalam rentang April 2020 hingga Maret 2021.
EA pun akhirnya memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan FIFA sebagai organisasi yang menaungi sepak bola dunia. Dari kerja sama itu, lahirlah FIFA International Soccer sebagai gim seri pertama FIFA.
Saat membeli lisensi untuk menggunakan nama FIFA, EA tidak mendapatkan hak untuk menggunakan nama atau tampilan dari pemain, tim, dan stadion tim. Karena itu, mereka membuat perjanjian terpisah dengan masing-masing liga sepak bola dan serikat pesepak bola.
Sadar bahwa lisensi-lisensi itu punya peran penting dalam kesuksesan franchise game FIFA mereka, EA berusaha untuk mendapatkan perjanjian eksklusif sebanyak-banyaknya.
Perceraian ”brand”
Kerja sama antara EA dan FIFA sebelumnya berlangsung selama 30 tahun sejak pertama kali gim FIFA dirilis. Secara rutin, EA membayar lisensi kepada FIFA atas penggunaan nama organisasi pada setiap edisi gim.
Kerja sama tak berlanjut karena EA tak menyanggupi permintaan FIFA yang menaikkan harga lisensi ke angka 300 juta dollar AS (Rp 4,75 triliun) untuk seri gim terbaru.
Dalam wawancara dengan BBC, EA Sports Vice President David Jackson mengungkapkan bahwa uang memang menjadi salah satu alasan mengapa EA memutuskan untuk tidak lagi membeli lisensi FIFA.
Baca Juga: David Beckham dan Michael Jordan, ”Brand” yang Mengorbit Kembali
Ia mengatakan, FIFA hendak menaikkan biaya lisensi mereka menjadi 300 juta dollar AS per tahun, dua kali lipat dari harga sebelumnya.
”Kami merasa, kami seharusnya berinvestasi pada aspek yang dianggap penting oleh para gamer, seperti fitur baru yang sekarang coba kami masukkan dalam game,” kata Jackson dikutip dari BBC.
Dalam setiap edisinya, EA selalu berupaya membuat gim simulasi sepak bola mereka serealistis mungkin. Pada proses pembuatan FIFA 23, developer merekam puluhan pertandingan dan pergerakan ratusan pemain asli untuk basis animasi sehingga pergerakan dalam gim semakin otentik.
Hal serupa juga dilakukan untuk EA Sports FC 24. Artinya, walau EA telah memutuskan hubungan dengan FIFA, mereka tetap bisa membuat gim sepak bola yang menampilkan pemain, tim, dan liga yang sama seperti di dunia nyata.
Artinya, walau EA telah memutuskan hubungan dengan FIFA, mereka tetap bisa membuat gim sepak bola yang menampilkan pemain, tim, dan liga yang sama seperti di dunia nyata.
Terlebih lagi dalam situs resminya, EA mengklaim masih memiliki punya kontrak lisensi terhadap lebih dari 700 tim dengan 19.000 pemain, 30 kompetisi, dan lebih dari 100 stadion sepak bola.
Jadi hanya ada dua perubahan yang dirasakan pemain dari peralihan gim FIFA menjadi EA Sport FC. Pertama adalah penggantian nama gim, dan kedua adalah hilangnya konten Piala Dunia yang biasanya dirilis setiap empat tahun sekali.
Penjualan apik
Dikutip dari situs macrotrends.net, EA menghasilkan pendapatan bersih sekitar 6,99 miliar dollar AS pada tahun 2022 naik 24,2 persen dari tahun sebelumnya sebesar 5,62 miliar dollar AS.David Jackson mengatakan, penopang utama dari pendapatan EA didapat dari seri gim simulasi sepak bola mereka.
Pendapatan yang didapat perusahaan dari gim sepak bola tidak hanya berasal dari penjualan unit gim saja, tetapi juga dari transaksi mikro in-app-purchase atau item-item yang dijual pada fitur Ultimate Team. Fitur ini terdapat di setiap edisi FIFA termasuk juga pada edisi EA Sports FC. Ultimate Team turut mengangkat popularitas gim ini karena memungkinkan para gamer membangun tim mereka sendiri untuk berkompetisi daring secara global.
Sambutan pasar terhadap EA Sports FC 24 juga cukup baik. EA mengungkapkan, pada pekan pertama sejak perilisan gim pada 29 September 2023, terdapat 11,3 juta pemain yang memainkan gim ini lewat konsol PlayStation 4, PlayStation 5, Nintendo Switch, Xbox Series X/S, Xbox One, maupun PC.
EA menghasilkan pendapatan bersih sekitar 6,99 miliar dollar AS pada tahun 2022 naik 24,2 persen dari tahun sebelumnya sebesar 5,62 milliar dollar AS.
Capaian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada penurunan animo pasar terhadap gim EA Sports FC 24 kendati sudah tidak menggunakan nama FIFA.Dari sisi penjualan, EA Sports FC 24 ditargetkan dapat melampaui pendapatan dari seri FIFA 23. Pendapatan dari FIFA 23 berhasil melampaui pendapatan seri sebelumnya, yakni FIFA 22, hanya dalam waktu enam bulan dari waktu perilisan.
Mulusnya rebranding yang dilakukan EA membuat perusahaan tak menyesal karena tidak melanjutkan kerja sama dengan FIFA. Publisher EA Sports tetap optimistis gim edisi terbaru mereka akan mencatatkan penjualan apik di pasar global.
Sementara di sisi lain, FIFA kehilangan pemasukan tetap tahunan mereka yang sedikitnya mencapai 150 juta dollar AS akibat perceraiannya dengan EA. Dalam situs resminya, FIFA mengumumkan akan menggandeng pengembang dan publisher baru untuk meluncurkan gim simulasi sepak bola.
Presiden FIFA Gianni Infantino, pada pertengahan tahun lalu, mengatakan, seri FIFA 24, FIFA 25, FIFA 26, dan seterusnya akan berlanjut dikembangkan oleh studio pihak ketiga yang ditunjuk FIFA. Namun, hingga akhir tahun ini tidak ada perkembangan berita mengenai kemajuan pengembangan gim tersebut.
Kalaupun nantinya seri gim FIFA versi organisasi sepak bola FIFA muncul, butuh upaya ekstra bagi publisher untuk mendapatkan ceruk pasar gim simulasi sepak bola yang sudah didominasi oleh EA selama puluhan tahun.
Presiden FIFA Gianni Infantino, pada pertengahan tahun lalu, mengatakan, seri FIFA 24, FIFA 25, FIFA 26, dan seterusnya akan berlanjut dikembangkan oleh studio pihak ketiga yang ditunjuk FIFA.
Bukan hal yang mudah untuk membuat Raditya, Ryan, dan puluhan juta gamer di dunia yang sudah bertahun-tahun nyaman dengan fitur dan gameplay gim besutan EA beralih pada gim baru yang mengandalkan nama besar organisasi sepak bola.
”Penasaran mungkin iya (terhadap gim besutan FIFA) akan seperti apa, tapi tidak akan sampai beralih,” ujar Ryan. Jadi, sudah jelas, ya, siapa pihak yang sebenarnya diuntungkan dari perceraian antara EA dengan FIFA.