Chelsea berambisi mencetak kemenangan pertama di Stadion Old Trafford sejak 10 tahun silam. Mereka dalam momentum yang tepat mengubah Teater Impian menjadi mimpi buruk Manchester United.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
MANCHESTER, SELASA — Chelsea sudah meraih tiga trofi di Eropa dan dua gelar juara Liga Inggris sejak 2013. Namun, mereka gagal memenangkan satu pun laga tandang di markas Manchester United, Stadion Old Trafford, sejak saat itu.
”Teater Impian”, julukan Stadion Old Trafford, tidak pernah menjadi tempat yang ramah bagi Chelsea. Kini, bersama Manajer Mauricio Pochettino, Chelsea berusaha memanfaatkan momentum positif untuk menghancurkan Teater Impian.
Kemenangan 3-2 atas Brighton and Hove Albion pada laga Liga Inggris, akhir pekan lalu, membawa angin segar berupa optimisme di skuad Chelsea. Pada laga tersebut, Chelsea tampil heroik dengan 10 pemain sejak babak kedua. Mereka mampu mempertahankan keunggulan hingga akhir laga.
Kesuksesan dalam kondisi sulit itu akan coba direplikasi Pochettino saat bertandang ke markas tim ”Setan Merah”, Kamis (7/12/2023) pukul 03.15 WIB. Kans Chelsea menyudahi mimpi buruk setiap kali bertandang ke Teater Impian kini terbuka lebar.
MU sedang berada dalam kondisi yang tidak ideal menyusul kekalahan menyakitkan, 0-1, dari Newcastle United pada laga sebelumnya. Para pemain MU mendapatkan kritik bertubi-tubi akibat penampilan mereka yang dinilai sebagian besar orang sangat malas.
Kabar miring
Belakangan, MU diterpa kabar miring mengenai Manajer Erik ten Hag. Ia ditengarai kehilangan separuh dukungan di ruang ganti tim karena para pemain MU kurang menyukai gaya melatihnya. Selain itu, para pemain juga mempertanyakan langkah Ten Hag yang hingga kini masih membekukan Jadon Sancho dari skuad mereka.
Jurnalis Sky Sports, Kaveh Solhekol, mengungkapkan, para pemain MU merasa berlatih terlampau keras dengan banyak berlari. Menurut dia, para pemain senior telah berbicara dengan Ten Hag tentang apa yang mereka nilai salah di dalam tim itu.
Fokus pada pertandingan demi pertandingan adalah hal yang bisa kami kendalikan saat ini. Kami tidak bisa terlalu melihat klasemen. Kami harus meningkatkan kemampuan untuk menghadapi tantangan berikutnya.
Mereka menilai Ten Hag harus lebih berhati-hati dan sensitif. Para pemain senior turut membandingkan metode latihan Ten Hag dengan manajer-manajer lainnya di klub-klub yang pernah mereka bela sebelumnya.
”Saya diberi tahu bahwa para pemain tidak mengerti untuk apa mereka terus berlari. Mereka merasa manajemen pemainnya bisa sedikit lebih baik, tetapi Erik Ten Hag adalah bosnya dan dialah yang mengambil keputusan. Dia tidak mau berubah. Dia akan melakukan segala sesuatunya sesuai keinginannya. Saya juga mendapat informasi bahwa beberapa pemain meyakini bahwa dia terlalu kaku dan robotik,” tutur Solhekol, Selasa (5/12/2023).
Peliknya situasi di MU saat ini menjadi momentum yang tepat bagi Chelsea untuk meraih kemenangan pertama di Old Trafford sejak 2013. Apalagi, Pochettino dikenal sebagai manajer yang amat menyukai tantangan dan berani mengambil risiko tinggi.
Sifat itu terlihat saat ”Si Biru” mengalahkan Brighton. Ketika pemain mereka, Conor Gallagher, diganjar kartu merah di pengujung babak pertama, Pochettino tidak meminta timnya mengendurkan serangan kendati telah unggul 2-1.
Sebaliknya, mantan manajer Tottenham Hotspur itu memerintahkan para pemain Chelsea untuk terus menyerang. Pochettino seperti tidak menghiraukan risiko kebobolan akibat kalah jumlah pemain melawan Brighton yang sangat atraktif dalam urusan serangan.
”Ini adalah tantangan besar. Sekarang, kami perlu menunjukkan bahwa kami adalah sebuah tim. Yang pasti, kami menunjukkan hal itu,” ujar Pochettino mengulangi perkataannya di ruang ganti saat jeda turun minum pada laga menghadapi Brighton.
Saking lamanya Pochettino ”berorasi” di ruang ganti untuk membakar semangat skuadnya, para pemain Brighton dibuat menunggu beberapa saat di lapangan untuk memulai pertandingan di babak kedua.
MU saat ini menempati peringkat ketujuh, unggul lima poin dari Chelsea di peringkat kesepuluh yang mengumpulkan 19 poin. Meski unggul poin, MU memiliki selisih gol yang lebih buruk dari Chelsea, yaitu minus satu, sedangkan Chelsea tiga gol.
Lini pertahanan MU tengan menuai sorotan setelah gagal mempertahankan keunggulan atas Galatasaray pada laga di Liga Champions Eropa. Mereka juga tampil ”melempem” ketika dikalahkan Newcastle.
Saat melawan Newcastle, para pemain MU kewalahan menangkal pergerakan tanpa bola para pemain Newcastle. Harry Maguire dan rekan-rekannya juga kerap tidak menyadari pergerakan lini serang Newcastle. Kesalahan-kesalahan seperti ini bisa dimanfaatkan Chelsea untuk mempermalukan MU di Old Trafford.
Di lain pihak, kapten MU, Bruno Fernandes, mengatakan, timnya tidak peduli dengan isu-isu yang beredar di luar pertandingan. Menurut Bruno, MU akan berusaha tetap menjaga dominasinya atas Chelsea di Old Trafford.
”Fokus pada pertandingan demi pertandingan adalah hal yang bisa kami kendalikan saat ini. Kami tidak bisa terlalu melihat klasemen. Kami harus meningkatkan kemampuan untuk menghadapi tantangan berikutnya,” katanya. (AFP)