Persoalan menghargai waktu menjadi perhatian serius tim kontestan Piala Dunia U-17. Inggris dan Polandia memperlihatkan cara mereka dalam menyikapi kedisiplinan terhadap waktu.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA, KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
Waktu sudah menunjukkan pukul 16.40 WIB, tetapi lapangan di Stadion Arcamanik, Bandung, Jawa Barat, masih kosong melompong. Semestinya tim Polandia sudah memulai latihan sejak 10 menit sebelumnya pada Jumat (10/11/2023) sore itu. Namun, mereka tidak kunjung hadir dalam sesi latihan resmi perdana di Piala Dunia U-17 2023 tersebut.
Bunyi sirene baru terdengar beberapa menit kemudian. Itu berasal dari mobil patroli yang mengawal bus Polandia. Setelah tiba di stadion, para pemain dan staf pelatih pun langsung bersiap-siap. Mereka baru memasuki lapangan pukul 16.45 atau terlambat 15 menit dari agenda FIFA.
Menurut Pelatih Kepala Polandia Marcin Wlodarski, keterlambatan tersebut bermula dari tempat penginapan tim di Crowne Plaza. Sang pelatih terbawa suasana saat rapat tim. Dia khusus membahas strategi yang akan digunakan untuk laga pembuka Grup D versus Jepang di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Sabtu (11/11/2023) sore.
Selain itu, persoalan kemacetan juga memperlambat laju tim Polandia. ”Awalnya saya berencana memberikan instruksi hanya 10 menit (di hotel), tetapi jadi 20 menit. Soal macet, kami tidak punya kuasa untuk mengatur itu,” kata Wlodarski yang tidak masalah dengan berkurangnya waktu latihan.
Benar saja, Polandia tidak terganggu dengan keterlambatan itu. Bus mereka sudah meninggalkan stadion sebelum pukul 18.00. Padahal, mereka diberikan batas waktu latihan sampai pukul 18.30.
Walau datang terlambat, Polandia tidak bernegosiasi kepada panitia agar diberikan waktu sedikit lebih lama berada di lapangan. Tim Polandia menyadari bahwa keterlambatan itu merupakan konsekuensi mereka sehingga tidak profesional untuk meminta waktu tambahan. Wlodarski akhirnya hanya menjadikan sesi itu untuk menjaga kondisi pemain dan beradaptasi.
Wlodarski menjelaskan, para pemainnya masih terus menyesuaikan diri dengan kondisi iklim di Bandung. Meskipun suhu di Bandung lebih rendah dibandingkan kota lain, sekitar 24 derajat celsius, itu masih lebih tinggi ketimbang di Polandia yang tidak lebih dari 10 derajat celsius.
Pelatih Inggris Ryan Garry tidak ingin latihan timnya terganggu sorot kamera. Untuk itu, ia dan stafnya segera mempersilakan para jurnalis untuk menggelar sesi tanya jawab.
Di sisi lain, tim yang dijadwalkan berlatih setelah Polandia, Senegal, justru datang lebih awal dari jadwal. Mereka sudah tiba di stadion pukul 18.35atau 25 menit lebih cepat. Senegal juga meninggalkan stadion satu jam lebih cepat dari seharusnya, pukul 20.00.
Bertolak belakang
Suasana yang bertolak belakang terasa dalam latihan resmi tim Inggris di Lapangan A Kompleks Olahraga Gelora Bung Karno, Jakarta. Seperti Polandia, tim Inggris juga mendapatkan jatah waktu latihan sejak pukul 16.30. Bedanya, tim Inggris terlihat sudah berada di lapangan sekitar 20 menit sebelum waktu yang ditentukan.
Turun dari bus, para pemain langsung menuju lapangan. Setelah bersiap selama beberapa menit, skuad tim ”Singa Muda” langsung melakukan peregangan. Di sudut lapangan, tiga kiper Inggris tampak sedang melatih refleks dan respons tubuh dalam mengantisipasi tembakan lawan. Di tepi lapangan, terapis dan kitman turut bersiaga. Videografer tidak ketinggalan sudah menyiagakan kamera untuk merekam proses latihan pemain Inggris.
Langkah-langkah menggelar persiapan latihan berlangsung dalam sekejap. Tim Inggris seperti tidak ingin terlambat atau kehilangan waktu satu detik pun untuk menjalani latihan resmi. Latihan dimulai tepat pukul 16.30. Bila dalam sesi latihan beberapa hari sebelumnya mereka enggan melayani pertanyaan karena tidak wajib, dalam latihan resmi setiap tim setidaknya harus memberi kesempatan kepada para jurnalis untuk bertanya. Waktu dibatasi maksimal 15 menit untuk mewawancarai salah satu pemain dan pelatih.
Pelatih Inggris Ryan Garry tidak ingin latihan timnya terganggu sorot kamera. Untuk itu, ia dan stafnya segera mempersilakan para jurnalis untuk menggelar sesi tanya jawab. Bek kiri Jayden Meghoma dan Garry dengan sabar melayani satu per satu pertanyaan. Ketika waktu 15 menit akan berakhir, staf tim Inggris berinisiatif mengingatkan jurnalis untuk segera meninggalkan lapangan karena latihan taktik akan dimulai. Semua berlangsung sesuai aturan dan sangat presisi.
”Terima kasih atas kerja samanya rekan-rekan,” ujar salah seorang staf tim Inggris sembari mempersilakan para jurnalis untuk meninggalkan lapangan.
Apa yang ditunjukkan tim Inggris itu memperlihatkan betapa budaya profesionalitas sudah begitu mendarah daging dalam kultur sepak bola mereka. Kedisiplinan inilah yang coba mereka tanamkan kepada para pesepak bola belia sedari dini.
Dengan kebiasaan untuk menepati waktu, sesungguhnya para pemain muda itu tengah diajarkan apa arti profesionalitas. Aspek ini sangat penting bagi keberlanjutan karier mereka ke depan. Selain menghargai waktu, sifat pantang berpuas diri seperti juga coba ditanamkan dalam diri setiap pesepak bola muda di Inggris.
Teladan Foden
Contoh paling nyata dari nilai-nilai tersebut ada pada diri penyerang muda timnas Inggris, Phil Foden. Pemain Manchester City itu dikenal akan kepribadiannya yang amat menghargai waktu dan rendah hati. Setelah membawa Inggris menjuarai Piala Dunia U-17 2017 di India, Foden tidak sungkan untuk berbagi ilmu sepak bola kepada anak-anak di akademi Reddish Vulcans, tim masa kecilnya dulu.
Di waktu senggangnya, Foden pernah membantu tim kepelatihan di sana mengajarkan teknik sepak bola kepada anak-anak. Foden saat itu tidak mengenakan atribut Manchester City.
Di saat pemain lain di Manchester Raya tergoda untuk memamerkan status mereka sebagai pesepak bola profesional dari klub besar, Foden memilih kalem. Itulah kunci mengapa Foden selalu merasa haus untuk berkembang dan tidak cepat berpuas diri hingga saat ini. Kebiasaan itu membimbingnya menjadi pemain besar.
Persoalan waktu yang hanya berbeda beberapa menit terlihat sepele. Namun, hal-hal kecil yang berhubungan dengan kedisiplinan itu bisa berpengaruh besar pada perkembangan pemain. Adapun mereka masih remaja dan butuh contoh yang tepat agar tidak salah arah di masa depan.