Cegah Penipuan Penggandaan Uang, Masyarakat Harus Kedepankan Rasionalitas
Penipuan dengan modus penggandaan uang terus berulang dan memakan korban. Kasus terbaru terjadi di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Masyarakat harus mengedepankan rasionalitas agar tak menjadi korban.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Kasus penipuan dengan modus penggandaan uang terus berulang dan memakan korban. Kasus terbaru yang terungkap adalah penipuan penggandaan uang yang berujung pembunuhan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Masyarakat harus mengedepankan rasionalitas agar tak menjadi korban penipuan semacam itu.
Sosiolog Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Derajad Susilo Widhyarto, berpendapat, peristiwa penipuan bermodus penggandaan uang terus berulang karena sebagian masyarakat Indonesia masih memiliki kepercayaan terhadap hal-hal klenik. Kondisi itulah yang menyebabkan sebagian warga percaya bahwa ada orang tertentu yang memiliki kekuatan untuk menggandakan uang tanpa bekerja.
”Masyarakat kita ini, kan, masyarakat klenik. Jadi, melihat itu (penggandaan uang) sebagai sebuah kebenaran. Maka, itu terjadi berulang-ulang. Begitu ada orang yang mengaku mampu menggandakan uang, pasti ada konsumennya,” kata Derajad saat dihubungi, Selasa (4/4/2023).
Derajad menambahkan, selain kepercayaan terhadap hal-hal klenik, sifat tamak juga menjadi faktor lain yang mendorong orang untuk percaya terhadap dukun pengganda uang. Ketamakan itu mendorong sebagian orang ingin menjadi kaya tanpa bekerja keras sehingga mereka akhirnya menjadi korban penipuan.
Untuk mencegah terus berulangnya kasus penipuan bermodus penggandaan uang, Derajad menyebut, masyarakat harus mengedepankan rasionalitas dalam mengambil tindakan. Dengan berpikir rasional, masyarakat seharusnya menyadari bahwa uang tidak bisa digandakan dengan hal-hal berbau klenik.
”Apakah mungkin kita dapat uang sangat banyak tanpa bekerja keras? Koruptor saja harus ’bekerja keras’. Kasarannya seperti itu. Mana ada orang yang tiba-tiba mampu menggandakan uang? Itu jelas tidak mungkin,” kata Derajad.
Sebelumnya diberitakan, kasus penipuan penggandaan uang yang berujung pada pembunuhan terungkap di Banjarnegara. Pelakunya adalah Slamet Tohari (45), orang yang mengaku sebagai dukun pengganda uang. Slamet tak hanya menipu dengan modus menggandakan uang, tetapi juga membunuh sejumlah korban.
Terungkapnya pembunuhan oleh Slamet itu berawal dari laporan hilangnya seorang korban bernama Paryanto (53) asal Sukabumi, Jawa Barat. Menurut keterangan keluarga korban, pada Kamis (23/3/2023) Paryanto berangkat ke Banjarnegara untuk menemui Slamet.
Saat sampai di rumah Slamet, korban mengirimkan pesan melalui aplikasi Whatsapp kepada anaknya. Dalam pesan itu, Paryanto mengatakan, jika tidak ada kabar dari dirinya selama beberapa hari, sang anak diminta datang ke rumah Slamet bersama aparat.
”Ini di rumahnya Pak Slamet. Buat jaga-jaga kalau umur ayah pendek, misal ayah tidak ada kabar sampai Minggu, langsung saja ke lokasi bersama aparat,” ujar Kapolres Banjarnegara Ajun Komisaris Besar Hendri Yulianto saat membacakan pesan tersebut.
Mana ada orang yang tiba-tiba mampu menggandakan uang? Itu jelas tidak mungkin.
Pada Jumat (24/3/2023), Paryanto mulai tidak bisa dihubungi karena telepon selulernya tidak aktif. Pihak keluarga kemudian melaporkan kasus ini kepada Polres Banjarnegara, Senin (27/3/2023). Kepolisian lalu menelusuri lokasi Slamet dan melakukan penyelidikan.
Berdasarkan hasil penyelidikan itu, terungkap bahwa Paryanto telah dibunuh oleh Slamet dan jenazahnya sudah dikuburkan. ”Korban telah dikubur di jalan setapak menuju ke hutan di Wanayasa,” kata Hendri. Di dekat lokasi penguburan jenazah Paryanto, polisi juga menemukan sejumlah jenazah lain yang diduga dibunuh oleh Slamet.
Menurut Hendri, pembunuhan itu berkait dengan aksi penipuan yang dilakukan Slamet. Selama lima tahun terakhir, Slamet mengaku sebagai dukun yang bisa menggandakan uang. Salah satu korban yang teperdaya adalah Paryanto. Bahkan, Paryanto sudah sudah berkali-kali menyerahkan uang dengan total Rp 70 juta.
Namun, karena praktik penggandaan uang itu tak kunjung membuahkan hasil, Paryanto berkali-kali menagih kepada Slamet. Karena kesal, Slamet akhirnya membunuh korban dengan cara diracun. ”Korban terus menagih mana hasil penggandaan uangnya. Akhirnya tersangka kesal dan memberikan minuman berisi potas kepada korban,” papar Hendri.