Tim bulu tangkis Indonesia tersingkir pada perempat final beregu putra dan putri Asian Games Hangzhou 2022. Tanpa medali dari kategori beregu, atlet harus bekerja keras bersaing dalam kategori perorangan.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
HANGZHOU, JUMAT — Tim bulu tangkis Indonesia mengawali penampilan di Asian Games Hangzhou 2022 dengan hasil buruk. Kekalahan pada perempat final menjadi salah satu titik terendah Indonesia dalam nomor beregu putra dan putri sejak bulu tangkis dipertandingkan di Asian Games Jakarta 1962.
Indonesia pernah mendapat hasil seperti di Hangzhou, yaitu tak mendapat medali dari kategori beregu, yaitu pada Asian Games Incheon 2014. Saat itu, tim putra disingkirkan Taiwan pada perempat final, sementara tim putri kalah dari Jepang pada babak yang sama.
Namun, kegagalan itu dibayar dengan dua medali emas, satu perak, dan satu perunggu pada kategori perorangan. Emas didapat Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari. Adapun dua ganda campuran, yaitu Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto, mendapatkan medali perak dan perunggu.
Di Hangzhou, tantangan untuk membayar kegagalan beregu dengan gelar juara perorangan akan berat. Secara umum, pebulu tangkis Indonesia kalah bersaing dengan negara lain pada turnamen BWF tahun ini. Dari 21 turnamen BWF World Tour (Super 300, 500, 750, dan 1000) yang telah digelar pada 2023, Indonesia meraih sepuluh gelar juara. Jumlah ini kalah dari China yang mendapat 26 gelar, Korea Selatan (21), dan Jepang (14).
Cermin tantangan
Performa saat tampil pada perempat final beregu di Binjiang Gymnasium, China, Jumat (29/9/2023), juga bisa menjadi cermin besarnya tantangan yang akan dihadapi untuk meraih emas perorangan. Tim putra dan putri Indonesia mendapat bye pada babak pertama sehingga mendapat keuntungan dengan langsung tampil pada perempat final.
Tim putra bahkan ditempatkan sebagai unggulan teratas berdasarkan poin ranking pemain-pemain putra terbaik. Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) pun menargetkan medali emas dari beregu putra, selain tunggal dan ganda putra. Akan tetapi, status unggulan hanya menjadi simbol. Tim putra Indonesia kalah dari Korea Selatan dengan skor 1-3 pada Jumat malam setelah Gregoria Mariska Tunjung dan rekan-rekan disingkirkan China, 0-3, pada sesi pagi.
Tekanan pasti ada. Tetapi, dari pengalaman bermain dalam beregu, kami selalu mengesampingkan hal itu. Namun, kami banyak membuat kesalahan hingga tidak bisa memanfaatkan keadaan, terutama saat unggul pada gim pertama.
Melawan Korea Selatan, yang mengalahkan Malaysia pada babak pertama, Indonesia sebenarnya memiliki peluang meraih kemenangan dari tiga pemain tunggal karena prestasi dan peringkat dunia Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, dan Chico Aura Dwi Wardoyo lebih baik dari skuad tunggal Korea Selatan. Pada nomor ini, tim ”Merah Putih” juga membawa Shesar Hiren Rhustavito yang memiliki catatan cukup baik dalam kejuaraan beregu.
Adapun pada sektor ganda, kekuatan Indonesia tertinggal dari Korea Selatan berdasarkan persaingan sepanjang tahun ini, terutama pada ganda pertama. Lawan memiliki Kang Min-hyuk/Seo Seung-jae yang performanya menanjak, salah satunya dengan menjadi juara dunia.
Sebaliknya, perfoma ganda nomor satu Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, menurun setelah menjuarai Malaysia Terbuka dan All England pada tiga bulan pertama tahun ini. Fajar/Rian pun kalah dengan skor 21-11, 22-24, 17-21 meskipun bermain lebih baik dibandingkan kekalahan pada pertemuan terakhir, yaitu dalam perempat final Australia Terbuka pada Agustus lalu.
Skenario untuk memenangi semua laga tunggal tak terwujud karena kekalahan yang dialami Jonatan dari Lee Yun-gyu, 15-21, 16-21, pada partai ketiga. Indonesia pun tertinggal 1-2 setelah Anthony menang atas Jeon Hyeok-jin, 21-15, 21-17, dan Fajar/Rian kalah.
Jonatan, yang tiba di Hangzhou dengan status ranking kelima dunia dan berbekal gelar juara Hong Kong Terbuka dari turnamen terakhir sebelum Asian Games, tampil buruk ketika berhadapan dengan Lee yang hanya berperingkat ke-119. Selain tak dapat mengantisipasi permainan cepat Lee, Jonatan banyak membuat kesalahan. Pada akhirnya, Jonatan pun hanya bisa menyesal.
”Hari ini, saya tidak bermain dengan performa terbaik dan cukup menyesal dengan hal itu. Padahal, penampilan saya cukup penting bagi tim. Mohon maaf kepada tim karena saya tidak bisa menyumbangkan poin. Saya berusaha keluar dari tekanan, tetapi bermain sedikit kurang tenang,” tutur Jonatan yang meraih emas tunggal putra dan mengantarkan Indonesia ke final beregu putra Asian Games Jakarta Palembang 2018.
Dari semua wakil Indonesia yang bermain pada perempat final, kemenangan akhirnya hanya didapat Anthony. Leo/Daniel, yang tampil ketika Indonesia tertinggal 1-2, kalah dari Na Sung-seung/Kim Won-ho, 18-21, 17-21. ”Tekanan pasti ada. Tetapi, dari pengalaman bermain dalam beregu, kami selalu mengesampingkan hal itu. Namun, kami banyak membuat kesalahan hingga tidak bisa memanfaatkan keadaan, terutama saat unggul pada gim pertama,” ujar Leo.
Sementara Rian memberi catatan bahwa penampilannya dan Fajar berkembang meskipun kalah. ”Hari ini, permainan kami jauh lebih baik dari pertandingan-pertandingan sebelumnya, tetapi itu belum cukup karena lawan juga semakin bagus. Kami akan terus mempelajari permainan mereka. Semoga bisa lebih baik lagi,” kata Fajar.
Bekal untuk perorangan
Pada perempat final beregu putri, perlawanan baik yang diberikan Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti dan Putri Kusuma Wardani tak cukup untuk mengalahkan unggulan teratas, China. Dua wakil Indonesia itu kalah meskipun bisa memberikan perlawanan baik pada Chen Qing Chen/Jia Yi Fan dan He Bing Jiao.
Kekalahan mereka terjadi setelah Gregoria Mariska Tunjung bermain di bawah kemampuan terbaiknya saat melawan Chen Yu Fei. ”Saya kecewa dengan penampilan saya hari ini. Saya minta maaf kepada rekan-rekan di tim karena belum bisa membuka jalan,” kata Gregoria yang kalah 14-21, 12-21 dari Chen.
Apriyani/Fadia, yang kesulitan mengatasi kecepatan lawan pada gim pertama, tampil lebih baik pada dua gim berikutnya. Kekalahan mereka dengan skor 12-21, 21-19, 20-22, setelah bertanding selama 1 jam 40 menit, terjadi karena kalah solid dari lawan pada poin-poin terakhir. Sementara Putri kalah dari tunggal putri nomor dua China, He Bing Jiao, 15-21, 19-21.
Seperti dikatakan Putri, pertandingan perempat final beregu pada akhirnya menjadi pelajaran untuk menghadapi persaingan perorangan, yang memperebutkan lima emas, pada 2-7 Oktober mendatang.