Dua Grand Slam, dua semifinal secara beruntun. Momen itu didapat Aldila Sutjiadi pada nomor ganda campuran di Perancis Terbuka dan Wimbledon. Aldila/Matwe Middlekoop akan berupaya meraih tiket final Wimbledon.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
LONDON, SELASA — Setelah tersingkir pada babak ketiga ganda putri, Aldila Sutjiadi akan tampil pada semifinal nomor ganda campuran Wimbledon. Ini menjadi semifinal kedua secara beruntun bagi Aldila di ajang Grand Slam setelah Perancis Terbuka, sebulan lalu.
Semifinal itu akan dijalani bersama petenis Belanda, Matwee Middelkoop, di lapangan 18 All England Club, London, Inggris, pada Rabu (12/7/2023). Jika laga sebelumnya di lapangan yang sama berlangsung cepat atau tak terganggu hujan, semifinal Aldila/Middelkoop melawan Xu Yi Fan/Joran Vliegen (China/Jerman) akan dimulai pukul 13.30 waktu setempat atau 19.30 WIB.
Pada perempat final yang sempat dihentikan di set pertama karena hujan, Selasa, Aldila/Middelkoop menang atas Marta Kostyuk/Marcelo Arevalo (Ukraina/El Salvador) dengan skor 7-5, 7-6 (5). Dalam babak sebelumnya, yaitu babak kedua, Aldila/Middelkoop menghentikan langkah unggulan kedelapan, Ena Shibahara/Jean-Julien Rojer (Jepang/Belanda).
Pertandingan melawan Xu/Vliegen menjadi semifinal kedua secara beruntun bagi Aldila di arena Grand Slam setelah mencapai babak yang sama di Perancis Terbuka. Bersama partner yang sama, yaitu Middelkoop, Aldila kalah dari Miyu Kato/Tim Puetz (Jepang/Jerman) di lapangan tanah liat Roland Garros, Paris. Kato, yang merupakan pasangan Aldila pada ganda putri, bersama Puetz akhirnya menjuarai Perancis Terbuka.
Semifinal ganda campuran memperbaiki kekalahan pada babak ketiga Aldila/Kato pada ganda putri. Mereka kalah dari petenis senior yang memiliki pengalaman menjuarai Grand Slam, yaitu Hsieh Su Wei/Barbora Krejcikova (Taiwan/Ceko), 5-7, 6-7 (4).
Performa kami belum optimal, terutama pada poin-poin kritis. Lawan bermain bagus dan sangat berpengalaman, tetapi kami sudah mencoba memberikan yang terbaik dan tidak menyerah saat tertinggal.
”Performa kami belum optimal, terutama pada poin-poin kritis. Lawan bermain bagus dan sangat berpengalaman, tetapi kami sudah mencoba memberikan yang terbaik dan tidak menyerah saat tertinggal,” komentar Aldila.
Pencapaian dua semifinal beruntun di Perancis Terbuka dan Wimbledon adalah momen spesial bagi Aldila. Apalagi, dua kejuaraan tersebut digelar di jenis lapangan yang memiliki karakter berkebalikan.
Lapangan tanah liat Roland Garros memiliki karakter lambat karena memantulkan bola dengan lambat dan tinggi. Untuk itu, ritme permainan pun cenderung lambat dan didominasi permainan reli panjang.
Ini berbeda dengan lapangan rumput All England Club yang memantulkan bola dengan rendah dan cepat. Petenis bahkan harus sering berlutut atau jongkok untuk memukul bola. Maka, petenis yang bisa mencapai babak-babak akhir di Perancis Terbuka dan Wimbledon secara beruntun adalah petenis yang memiliki kemampuan beradaptasi dengan cepat.
Swiatek tersingkir
Tunggal putri nomor satu dunia, Iga Swiatek, bahkan kesulitan melakukan hal itu. Dia tiga kali menjuarai Perancis Terbuka, yaitu pada 2020, 2022, dan 2023, tetapi hasil terbaiknya di Wimbledon adalah perempat final pada tahun ini. Swiatek kalah dari mantan petenis peringkat ketiga dunia, Elina Svitolina, dengan skor 5-7, 6-7 (5) 2-6.
Penampilan Swiatek, yang menjalani perempat final pertama Wimbledon, cukup solid pada awal permainan hingga dia memimpin 5-3 pada set pertama. Namun, setelah itu, petenis Polandia itu kesulitan dalam melakukan servis pertama. Servis kedua yang lemah menjadi peluang bagi Svitolina untuk menekannya hingga dia mengubah keadaan, memenangi set pertama dengan merebut empat gim beruntun.
Kesal dengan permainan buruknya, Swiatek memanfaatkan jeda sepuluh menit setelah set pertama, saat atap stadion ditutup, untuk berkomunikasi dengan psikolognya, Daria Abramowicz. Dia bangkit pada set kedua meski membutuhkan waktu satu jam 13 menit untuk memenanginya.
Swiatek kembali kesulitan melakukan servis pertama dengan akurat pada set penentuan hingga Svitolina dua kali mematahkan servisnya. Swiatek kalah setelah bertanding selama 2 jam 51 menit.
Swiatek kecewa dengan kekalahannya, tetapi dia berharap Svitolina yang masih belum pernah menjuarai Grand Slam bisa mewujudkannya. “Saya bicara pada Elina di net bahwa saya ingin melihatnya juara. Saya akan mendukungnya,” ujar Swiatek.
Svitolina, yang berusia 28 tahun, bersaing di arena tenis profesional sejak 2010. Dia menjadi petenis peringkat ketiga dunia pada 2017 dan memiliki 17 gelar juara. Namun, belum ada gelar Grand Slam yang dimiliki ibu dari Skai yang lahir pada Oktober 2022 itu. Sebelum mencapai semifinal Wimbledon 2023, hasil terbaiknya di panggung persaingan tertinggi tenis profesional itu adalah semifinal Perancis Terbuka dan Wimbledon 2019.
”Jika sebelum turnamen Anda mengatakan saya akan ke semifinal, saya akan bilang bahwa Anda gila,” katanya.
Tampil di Wimbledon karena mendapat wild card, istri dari petenis Perancis, Gael Monfils, itu menaklukkan empat juara Grand Slam untuk menuju semifinal. Sebelum mengalahkan Swiatek, dia menyingkirkan Victoria Azarenka pada babak keempat, Sofia Kenin (babak ketiga), dan Venus Williams (babak pertama).
Pada tunggal putra, Novak Djokovic dan Jannik Sinner menjadi semifinalis pada paruh atas undian. Dalam laga perempat final, Sinner mengalahkan Roman Safiullin 6-4, 3-6, 6-2, 6-2, sementara Djokovic menang atas Andrey Rublev 4-6, 6-1, 6-4, 6-3. (AFP/REUTERS)