Tetangga Tak Menyangka MEL Simpan Potongan Tubuh Korban di Kontrakan
Sejumlah tetangga menilai pelaku kasus mutilasi di Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat M Ecky Listiantho (35) merupakan pribadi yang tertutup dan tidak pernah berinteraksi sekalipun dengan tetangga sekitar.
BEKASI, KOMPAS - Sejumlah tetangga menilai pelaku kasus mutilasi di Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, MEL (35), merupakan pribadi yang tertutup dan tidak pernah berinteraksi sekalipun dengan tetangga sekitar. Mereka pun tak menyangka MEL menyimpan potongan jasad dalam dua kontainer di kamar mandi kontrakannya.
Kasus ini berawal dari laporan terkait hilangnya MEL, yang dilaporkan oleh istrinya. Polisi yang melacak keberadaan MEL, malah menemukan potongan tubuh perempuan dalam dua kontainer di kamar mandi kontrakannya.
Di Kampung Buaran, RT 001, Desa Lambangsari, Kecamatan Tambun Selatan, pada Senin (2/1/2023) pukul 10.30, kontrakan berukuran 2,5 meter x 7 meter dengan warna oranye bernomor 6 itu masih terpasang garis polisi. Kontrakan tersebut berada di ujung gang, yang tidak jauh dari jalan tol Jakarta-Cikampek kilometer 21. Deretan kontrakan tersebut berjumlah 6 pintu, kontrakan yang disewa MEL berada paling pinggir dekat pagar.
Penghuni kontrakan pintu nomor satu, Heri Purwanto (48), mengungkapkan, dia tidak pernah bertemu sama sekali dengan MEL selama mengontrak. MEL dinilai tidak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar dan pribadi yang tertutup. Ia pun kaget ketika kumpulan polisi datang saat ke kontrakan itu.
“Saya tidak pernah lihat ada hal mencurigakan, tidak pernah ada suara aneh juga, pintu kamar nomor 5 juga sama,” kata Heri saat ditemui di depan pintu kontrakan MEL, Senin (2/1/2023). Heri merupakan pekerja swasta yang beraktivitas dari pagi hingga malam hari. Bahkan, saat hari libur atau akhir pekan pun, Heri tidak pernah bertemu dengan Ecky.
Sebelum didatangi polisi, Heri sering melihat kontrakan MEL dengan kondisi lampu mati dan teras lantai depan pintu yang kotor seperti tidak berpenghuni. Deretan kontrakan tersebut diketahui merupakan pekerja yang beraktivitas dari pagi hingga malam.
Baca juga: Pelaku Mutilasi di Bekasi Habisi Korban Gunakan Gergaji Listrik
Berbeda dengan Heri, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di dekat kontrakan MEL, Dede Wulandari (33), mengatakan, dia beberapa kali pernah bertemu Ecky di persimpangan gang tempat ia dan beberapa ibu-ibu lainnya sering duduk santai.
“Orangnya memang tertutup sekali, saya kalau ketemu MEL keluar dari kontrakannya menggunakan motor, tapi kalau saya melihat MEL, dia menatap dengan tajam dan tidak berbicara sama sekali. Dia sering beli makanan secara daring tapi bukan di kontrakan di antarnya, dia ambil dekat masjid pakai motor,” ucapnya.
Warga lainnya yang ikut serta saat MEL ditangkap, Dian Ardiansyah (46), mengatakan, Kamis (29/12) siang, empat petugas Polda Metro Jaya datang dan berhenti di dekat masjid untuk mencari orang hilang yang dilaporkan oleh istrinya. Berdasarkan riwayat pesan antar makanan secara daring, titik alamat akun yang digunakan MEL berada di perbatasan RT 001 dan RT 002.
Dilaporkan hilang
Saat itu, polisi fokus mencari MEL, yang dinyatakan hilang. Warga yang ditemui polisi pun tidak mengetahui orang yang dimaksud. MEL dilaporkan hilang sejak Jumat (23/12) oleh istrinya dan telah membuat laporan polisi di Polsek Bantar Gebang. MEL pamit kepada istrinya untuk mengambil uang setelah itu dia tidak pernah menghubungi istrinya sama sekali. Gawai MEL pun tidak bisa dihubungi sama sekali.
Istri MEL membuat laporan polisi lantaran takut suaminya itu diculik oleh rekan bisnisnya. Istrinya mengetahui suaminya itu merupakan wakil direktur galian pasir di Bogor. Sang istri pun berusaha mencari MEL dengan menyebarkan informasi orang hilang ke beberapa media sosial seperti Facebook dan Instagram.
“Setelah magrib, anak saya melihat MEL keluar dari kontrakan secara terburu-buru membawa tas. Rupanya MEL sedang janjian dengan teman wanitanya di jemput dengan mobil,” ujar Dian. Dian mengaku tidak kenal MEL, tetapi pernah bertemu empat kali selama MEL mengontrak di sana.
Sekitar pukul 20.30, personel polisi datang kembali dengan jumlah lebih banyak dan mengaku mencari orang hilang. Di pintu kontrakan MEL ditempel tulisan oleh pemilik kontrakan bahwa MEL diminta untuk menghubungi pemilik kontrakan. Ketika mengetahui ada nama MEL, polisi langsung meminta pemilik untuk membuka pintu.
“Kondisi kontrakan terdiri dari 3 ruangan. Ruang pertama terdapat koper berwarna hitam berisi pakaian laki-laki dan perempuan. Ruangan tengah hanya berisi map berisi kertas-kertas ada fotokopi KTP dengan dua di antaranya fotokopi KTP perempuan, akta jual beli, buku rekening, ATM, dan kartu masuk apartemen daerah Setiabudi Jakarta Selatan,” ucap Dian.
Ventilasi ditutup
Adapun berkas-berkas tersebut tergeletak secara berantakan. Selain berkas dan koper, tidak ada barang sama sekali di dua ruangan tersebut. Seluruh ventilasi kontrakan MEL tertutup dengan plastik dan dilakban. Ketika polisi membuka kamar mandi, terdapat dua buah kontainer yang tersusun dengan posisi dilakban. Di dalamnya terdapat beberapa bungkusan plastik hitam yang dilakban.
Polisi meminta tolong warga untuk membuka bungkusan plastik tersebut ternyata berisi daging yang sudah hancur. Terdapat belatung dan gumpalan darah kering di dalam plastik. Ketika membuka plastik lainnya, ditemukan rambut panjang. Polisi langsung meminta menutup box dan menghubungi INAFIS.
“Tidak ada bau sama sekali hanya bau ruangan pengap yang sudah lama tidak dihuni. Bau bangkai tidak ada di ruangan. Bau mulai tercium ketika plastik dibuka. Di dalam kemasan plastik ada tanah merah dan kopi. Jadi plastik dan lakbannya berlapis seperti paket lah,” ujar Dian.
Tidak mengaku
Sekitar pukul 01.00, (30/12) datang mobil berwarna putih menghampiri dan langsung mundur. Ketika warga menghampiri, mobil langsung melaju kencang. Di tengah jalan MEL ditangkap warga dan dibawa menuju kontrakan. MEL ternyata di dalam mobil bersama teman perempuannya. Ketika polisi bertanya kepada MEL, ia merasa tidak memiliki masalah dengan istrinya. MEL pun tidak mengakui dua box di kamar mandinya itu.
“Dia nantangin terus dan meminta disumpah. Kami datangkan imam masjid tetap saja membantah. INAFIS akhirnya datang sekitar pukul 03.00 dan INAFIS menyatakan bahwa daging di dalam box merupakan mayat manusia yang dimutilasi. MEL ini kayak psikopat saya lihat. Ngomongnya nyantai banget,” ucap Dian.
Dian mengutarakan, kasus mutilasi merupakan hasil pengembangan terhadap kasus pencarian orang hilang. Penyelidikan dan penangkapan MEL selesai sekitar pukul 05.00. MEL langsung dibawa ke Polda Metro Jaya.
Lihat juga: Keluarga ASN Korban Pembunuhan dan Mutilasi Minta Atensi Presiden
Dian mengatakan, pengakuan MEL ke teman perempuannya, dia adalah pengusaha tambang, masih bujangan, dan tinggal di Kelapa Dua. Padahal, MEL sudah memiliki istri dan satu orang anak balita. Istri MEL pun tidak tahu jika dia menyewa kontrakan di Kampung Buaran. MEL mulai mengontrak sekitar Januari 2022.
“Sekitar 4 bulan lalu, orang yang tinggal di belakang rumah saya pernah lihat ada cewek keluar kontrakan dengan perawakan kecil, kulit putih, rambut sebahu keluar pagi-pagi. Sedangkan cewek yang bersama MEL mengaku kenal di aplikasi kencan, tinggal di apartemen, dan memiliki dua anak,” kata Dian.
Dihubungi terpisah, kriminolog dari Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, mengatakan, motif sedikit banyak berkorelasi dengan dua opsi pascapembunuhan, yakni pelaku melarikan diri atau pelaku tidak lari namun korban dihilangkan jati dirinya melalui mutilasi.
Dari kasus-kasus yang pernah terjadi, pelaku mengakui bahwa mereka melakukan semacam dehumanisasi atas korban sehingga mampu atau dengan kata lain, "tega" dan "berani" memotong-motong tubuh korban. Setelah memutilasi, perspektif dehumanisasi juga terus dikembangkan dengan penyimpanan bagian-bagian tubuh sebelum dibuang. Entah di jalan tol, dimakamkan atau dibakar. Tidak ada penghormatan sama sekali.
“Kelihatannya pelaku memiliki kehidupan sosial yang bubrah, tidak berhasil secara ekonomi namun punya perempuan lain. Kacau, disorganized. Mungkinkah itu juga mendorong pelakunya sampai pada putusan ekstrem untuk memutilasi? Mungkin saja,” kata Adrianus.
Terkait potongan tubuh disimpan lama di dalam kontrakan, kata Adrianus, kemungkinan kesulitan mencari lokasi pembuangan. Ditambah kesulitan mencari kendaraan dan mengangkat jenazah tanpa menimbulkan kecurigaan karena pelaku biasanya memilih tempat yang sudah familiar atau biasanya di rumah sendiri.