Menangkal Akhir Tragis ”Romeo-Juliet” Reynaldi dan Putri Terulang Lagi
Penyebab pasti kematian Reynaldi dan Putri belum diungkapkan oleh pihak kepolisian. Namun, dugaan kuat keduanya bunuh diri. Walakin, kepekaan dan dukungan orang terdekat dapat mencegah kecenderungan bunuh diri.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·5 menit baca
Kasus kematian sepasang kekasih, Reynaldi (25) dan Putri (23), yang diduga kuat karena bunuh diri mengingatkan kembali tentang kecenderungan yang ternyata dimiliki oleh banyak orang ini. Data Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, di Indonesia, angka bunuh diri mencapai 3,7 per 100.000 populasi atau hampir setiap empat orang dari total 100.000 jiwa melakukan bunuh diri.
Terkait kasus bunuh diri sepasang kekasih, jasad keduanya ditemukan di sebuah kamar apartemen di kawasan Ciputat, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten, Selasa (3/1/2023). Ada surat wasiat dan sebungkus racun berjenis potas di dekat kedua jasad. Polisi menduga, Reynaldi (25) dan Putri (23) tewas akibat bunuh diri dengan menegak racun tersebut.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Endra Zulpan menyampaikan, dari hasil pemeriksaan awal, tidak ditemukan bekas luka pada kedua jenazah tersebut. Sampai sekarang, polisi masih mencari tahu penyebab pasti dari kematian dua sejoli itu.
”Mereka ditemukan meninggal dalam keadaan tidur dan saling genggam tangan dengan erat. Keduanya memakai baju berwarna hitam,” kata Zulpan saat dihubungi, Rabu (5/1/2023).
Terkait surat wasiat yang ditulis oleh Reynaldi dan Putri untuk keluarganya masing-masing, Zulpan menambahkan, pihak keluarga meminta agar isi surat tersebut tidak dipublikasikan. Saat ini, kata Zulpan, kedua jenazah telah diserahkan kepada pihak keluarga.
Di lokasi kejadian, kemarin beberapa wartawan berada di luar portal masuk apartemen lokasi ditemukannya sepasang kekasih tersebut. Petugas keamanan yang menemui mereka menyampaikan, lokasi kejadian steril sehingga awak media tidak diperkenankan untuk masuk ataupun bertemu pihak kelola.
Seperti dalam pemberitaan Kompas.id pada Kamis (4/1/2023), penemuan sepasang jenazah itu bermula dari karyawan kebersihan apartemen atau house keeping yang hendak membersihkan unit yang disewa Reynaldi dan Putri. Karyawan tersebut mengetuk kamar mereka. Namun, karena tidak ada jawaban, karyawan itu terpaksa membuka kamar itu dengan pintu duplikat. Keduanya ditemukan sudah tidak bernyawa.
Berdasarkan penelusuran Kompas di media sosial, unggahan terakhir Reynaldi dan Putri berupa swafoto bersama di akun media sosialnya masing-masing pada Sabtu (31/12/2022). Dalam unggahan foto pada akun media sosial milik Putri tertulis keterangan, ”We always have fun together” atau kami selalu bersenang-senang bersama.
Lalu, dalam kolom komentar unggahan terkahir media sosial milik Reynaldi tersebut, pemilik akun yang mengaku sebagai kakak dari Putri memberikan tanggapan terkait surat wasiat tersebut.
”Maaf kami tidak bisa menuruti surat wasiat kalian untuk membuat makam kalian bersebelahan. Maaf keluarga kami harus membawa membawa dimakamkan jauh sekali dari makammu, Rey. Tapi, jika kalian di sana bertemu, aku titip adik kesayanganku ya, Rey,” tulis akun bernama @anisaevalestari.
Selain itu, di laman media sosial lainnya milik Reynaldi terdapat sebuah unggahan foto Reynaldi dan Putri dengan keterangan ”Tak berdamai dengan restu, kita berdamai dengan cara kita sendiri ya dede”. Dalam foto yang diunggah pada 20 Desember 2022, Reynaldi mengenakan setelan jas biru sedangkan Putri mengenakan dress merah.
Dosen Kriminologi Universitas Indonesia, Arthur Josias Simon Runturambi, mengatakan, berdasarkan barang bukti dan beberapa unggahan di media sosial, sepasang kekasih itu diduga bunuh diri. Menurut Josias, bunuh diri merupakan bentuk penyimpangan sosial di masyarakat yang dilakukan sebagai ekspresi ketidaksetujuan, perlawanan, dan ketiadaan harapan.
Dalam kasus ini, Josias menduga, dua sejoli tersebut memutuskan untuk mengakhiri hidup sebagai bentuk perlawanan atau ketiadaan harapan lantaran tidak memperbolehkan restu keluarga untuk hidup bersama. Lalu, mereka pun sepakat untuk mati bersama sebagai jalan keluar dengan racun.
Tindakan tersebut direncanakan dan ada pesan yang ingin disampaikan. Jadi, bukan tanpa motif, pasti ada motifnya dan mereka juga masih berpikir untuk meninggalkan pesan-pesan simbolik.
”Surat wasiat digunakan untuk penguatan atau justifikasi bunuh diri yang dilakukan agar bisa dipahami oleh keluarga dan berharap dilaksanakan,” kata Josias.
Walakin, Josias berpendapat, kepolisian tetap harus menyelidiki kasus tersebut untuk mencari tahu apakah ada kemungkinan lain atau tidak. ”Kika ada motif kriminal lain, bisa diteruskan. Namun, kalau tidak ada, biasanya diselesaikan kekeluargaan,” katanya.
Melalui keterangan resminya, Selasa (6/9/2022), Kementerian Kesehatan menyebut, saat ini, bunuh diri merupakan isu kesehatan yang serius. Pada tahun 2019, WHO mencatat, setiap tahun, sekitar 800.000 orang meninggal akibat bunuh diri di dunia.
Bunuh diri di Indonesia mencapai angka 3,7 per 100.000 populasi yang artinya hampir setiap empat orang dari total 100.000 jiwa melakukan bunuh diri. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia tahun 2022, sebanyak 10.175 nyawa melayang akibat bunuh diri dalam tahun itu.
WHO juga menyatakan, tingkat bunuh diri cenderung dilakukan oleh remaja atau orang muda yang salah satu faktor penyebabnya adalah gangguan depresi. Diketahui, 55 persen orang yang depresi cenderung memiliki ide untuk bunuh diri.
Pesan simbolik
Dosen Psikologi Sosial Universitas Indonesia, Dicky Pelupessy, menyampaikan, terdapat komunikasi atau pesan simbolik yang hendak disampaikan oleh pasangan kekasih yang ditemukan tewas itu. Dicky menjelaskan, pesan simbolik itu tampak melalui cara kematian mereka yang dilakukan secara bersama-sama, saling menggenggam tangan, serta mengenakan busana serba hitam.
Melihat kasus-kasus bunuh diri atau percobaan bunuh diri yang pernah terjadi, seseorang cenderung memilih tindakan tersebut karena merasa tidak ada pilihan lain.
”Tindakan tersebut direncanakan dan ada pesan yang ingin disampaikan. Jadi, bukan tanpa motif, pasti ada motifnya dan mereka juga masih berpikir untuk meninggalkan pesan-pesan simbolik,” ujar Dicky.
Selain itu, Dicky juga menyebut adanya dua faktor yang menyebabkan mereka memilih untuk mengakhiri hidupnya. Pertama, sebagai fenomena sosial, tindakan bunuh diri dua sejoli itu kemungkinan dipengaruhi oleh social-modeling atau meniru tindakan yang pernah dilakukan oleh orang sebelumnya.
”Social-modeling itu kan melihat perlaku orang lain ya. Kita tidak tahu apakah mereka mereplikasi atau terinspirasi dari kisah Romeo-Juliet, kita tidak tahu,” ujar Dicky.
Romeo-Juliet merupakan sebuah kisah tragedi yang ditulis oleh William Shakespeare pada tahun 1591-1595. Cerita klasik tersebut menggambarkan kisah romansa antara Romeo dan Juliet yang berakhir tragis, yakni Romeo mati menenggak racun lantaran mengira Juliet meninggal, sedangkan Juliet bunuh diri menggunakan pisau seusai melihat Romeo mati di hadapannya.
Lalu, faktor kedua yang menyebabkan Reynaldi dan Putri memilih untuk bunuh diri menurut Dicky adalah peran sosial atau dukungan sosial dari lingkungan sekitar mereka, baik keluarga maupun teman sejawat. Bagi Dicky, orang-orang di sekitar dua sejoli tersebut secara tidak langsung turut berpengaruh terhadap pengambilan keputusan mereka.
”Melihat kasus-kasus bunuh diri atau percobaan bunuh diri yang pernah terjadi, seseorang cenderung memilih tindakan tersebut karena merasa tidak ada pilihan lain. Setidaknya, dengan adanya dukungan atau masukan dari orang-orang di sekitar, seseorang dapat mencari jalan keluar atau alternatif lain atas permasalahan hidupnya,” kata Dicky.