Alih-alih pembekuan, FIFA hanya menjatuhkan sanksi administratif kepada PSSI menyusul kisruh batalnya Piala Dunia U-20. FIFA masih meyakini PSSI dan Indonesia mampu mewujudkan transformasi sepak bola yang diharapkan.
Oleh
YULVIANUS HARJONO
·3 menit baca
PARIS, KAMIS - Publik sepak bola nasional bisa bernapas lega. Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) hanya menjatuhkan sanksi administratif, alih-alih pengasingan, kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menyusul kisruh batalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2023. Sanksi ringan itu tidak terlepas dari kesungguhan PSSI dan Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan transformasi sepak bola.
Kabar itu disampaikan FIFA maupun Ketua Umum PSSI Erick Thohir melalui keterangan pers secara terpisah, Kamis (6/4/2023) malam waktu Indonesia, setelah Erick bertemu dengan Presiden FIFA Gianni Infantino di Paris, Perancis.
Dalam keterangan persnya, FIFA menyatakan, pertemuan membahas tahapan lanjutan rencana transformasi sepak bola di Tanah Air. Pembicaraan di Paris merupakan tindak lanjut dari pembahasan kedua belah pihak terkait sepak bola Indonesia di Qatar, Rabu (29/3) lalu.
Bedanya, saat itu, Erick menyampaikan kabar buruk berupa putusan FIFA yang membatalkan digelarnya Piala Dunia FIFA U-20 di Tanah Air. Adapun di Paris, FIFA maupun Erick menyampaikan kabar bahwa Indonesia terhindar dari sanksi pengucilan dari ajang internasional seperti yang pernah terjadi pada 2015 silam.
"Presiden FIFA menyampaikan, menyusul pertemuan pekan lalu, pengurus FIFA menjatuhkan sanksi rekomendasi berupa pembatasan penggunaan dana FIFA Forward sampai pemberitahuan lebih lanjut. FIFA juga akan mengkaji rencana strategis yang disampaikan (PSSI) hari ini sebelum menjatuhkan sanksi. Di saat sama, dia (Infantino) memastikan dukungan penuh terhadap PSSI dalam proses transformasi yang penting," bunyi keterangan resmi FIFA.
Seperti disampaikan FIFA, dalam pertemuan di Paris itu, Infantino mendengarkan saksama rancangan cetak biru transformasi sepak bola Indonesia yang disampaikan Erick. Transformasi yang mencakup banyak hal, mulai dari akar rumput hingga tataran elite (Liga 1), itu menjadi hal penting yang ditekankan FIFA menyusul Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 lalu.
Hal itu (sanksi pembatasan akses dana FIFA Forward untuk Indonesia) akan di-review kembali setelah FIFA mempelajari strategi besar pengembangan sepak bola Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Erick juga menyampaikan komitmen dan rencana Presiden Joko Widodo untuk berinvestasi dalam perbaikan infrastruktur, seperti stadion, di berbagai wilayah di Tanah Air. Erick pun menyampaikan kelegaannya atas putusan FIFA itu. Sebelumnya, banyak pihak, khususnya pemain, cemas Indonesia bakal kembali dikucilkan dari kancah dunia, seperti satu windu silam.
"Alhamdulillah, atas rahmat Allah SWT dan doa dari seluruh rakyat Indonesia, khususnya para pecinta sepak bola, Indonesia bisa terhindar dari sanksi berat pengucilan dari sepak bola dunia. Istilahnya, Indonesia hanya mendapatkan kartu kuning, tidak kartu merah," ujar Erick lewat siaran persnya.
FIFA Forward
Ia menjelaskan, FIFA Forward adalah dana yang selama ini dipergunakan untuk bantuan operasional PSSI. FIFA Forward 3.0, yang diluncurkan Januari 2023 lalu, dibagi ke dalam sejumlah kategori. Kategori pertama yaitu FIFA menyalurkan dana hingga 5 juta dollar AS atau setara Rp 74 miliar kepada anggotanya untuk membantu operasional federasi terkait aktivitas sepak bola.
"Hal itu (sanksi pembatasan akses dana FIFA Forward untuk Indonesia) akan di-review kembali setelah FIFA mempelajari strategi besar pengembangan sepak bola Indonesia," ujar Erick kemudian.
Ia menambahkan, sanksi administratif dari FIFA itu adalah pembelajaran bagi sepak bola Indonesia yang saat ini terus berbenah. "Saya sudah berusaha maksimal bertemu dengan FIFA. Dengan sanksi ini, kita masih bisa terus melanjutkan program transformasi sepak bola Indonesia bersama FIFA. Kita pun bisa berkompetisi di SEA Games pada akhir bulan ini," ujar Erick kemudian.
Selain melanjutkan program transformasi sepak bola yang menjadi pekerjaan rumah PSSI dan pemerintah, Indonesia kini bisa berharap menggelar ajang FIFA lainnya. Peluang itu kini terbuka lebar menyusul mundurnya Peru sebagai tuan rumah Piala Dunia FIFA U-17 yang sedianya digelar akhir tahun ini.
Arya Sinulingga, anggota Komisi Eksekutif PSSI, sebelumnya menyatakan, pihaknya fokus lebih dulu terhadap potensi ancaman sanksi FIFA. Jika sanksi terberat, yaitu pengucilan, bisa dihindarkan, pihaknya bisa merencanakan banyak rencana strategis lainnya, tidak terkecuali peluang menggantikan Peru.