Waspadai Hilang Fokus Saat Panas Mendera
Pekerja mudah hilang fokus dan cenderung mengalami penurunan produktivitas kerja akibat cuaca panas.
Dampak meningkatnya suhu akibat perubahan iklim yang masih berlangsung hingga saat ini tak hanya memicu penurunan tingkat produktivitas pekerja di luar ruangan. Cuaca panas juga menurunkan produktivitas para karyawan yang bekerja di dalam kantor dengan pendingin ruangan.
Karyawan swasta di Jakarta Pusat, Raya Maulazahra (28), Senin (16/10/2023), antara lain yang merasakan dampak cuaca panas tersebut. Meski bekerja di dalam ruangan ber-AC, Raya sering merasa gerah dan mudah lelah saat bekerja.
Dampak cuaca panas ini membuatnya kurang bersemangat. Ia mengaku pernah tidak mampu mengerjakan laporan tepat waktu sehingga mendapat teguran dari atasan.
”Mata saya terasa panas dan mudah lelah, tetapi harus menghadap komputer sepanjang waktu,” ujar Raya yang kerja di bagian digital marketing.
Baca juga: Pekerja dan Perusahaan Perlu Siapkan Mitigasi Suhu Panas
Suhu panas juga memengaruhi kualitas tidur Raya. Ia kerap merasa tidak fokus dan mengantuk saat bekerja sejak beberapa hari terakhir. Sejak beberapa hari yang lalu, ia kerap terbangun dari tidur saat tengah malam akibat merasa gerah. Jika sudah terbangun, ia sulit kembali tidur.
”Bahkan saya pernah tidak bisa tidur hingga pagi hari. Itu membuat saya mudah mengantuk saat bekerja, terlebih saat jam siang. Selain merasa gerah, saya juga mengantuk. Hal itu mengganggu kinerja saya,” katanya.
Jika sudah begitu, Raya akan minum air putih dingin sebanyak mungkin. Sesekali, ia juga mengonsumsi kopi.
Baca juga: Tetap Cantik Saat Panas Menyengat Kulit
Karyawan swasta di Jakarta Barat, Aisy Safiyah (25), juga mengaku kurang fokus dalam bekerja akhir-akhir ini. Setiap hari, ia selalu menaruh air putih di atas meja kerjanya. Sebab, selain mudah lelah, ia juga gampang haus.
Bekerja di dalam ruangan tak lantas membuat Aisy terbebas dari panasnya cuaca di luar. Saat jam makan siang, ia terkadang keluar membeli makan. Peralihan suhu dari ruangan ber-AC ke luar ruangan yang panas membuat kulit Aisy menjadi lebih kering.
Untuk meminimalkan tingkat penurunan produktivitas karyawan, Aisy mengatakan, pihak kantornya menyiapkan sejumlah vitamin dan selalu memastikan ketersediaan air putih. Para atasan juga rutin bertanya kondisi kesehatan karyawan untuk mengetahui apakah mereka dalam keadaan fit atau tidak.
Hasil riset dari Universitas Exeter, Inggris, yang dipublikasikan dalam jurnal Environmental and Resource Economics pada 30 Agustus 2023 menunjukkan, meskipun kondisi suhu di dalam pabrik terkendali dengan adanya pendingin ruangan (AC), produktivitas pekerja di dalamnya turun 0,83 persen setiap peningkatan 1 derajat celsius di luar ruangan.
Salah satu peneliti, Jingnan Chen, menemukan, cuaca panas pada malam hari dapat memengaruhi kualitas tidur yang menyebabkan beberapa penurunan produktivitas kerja pada siang hari. Temuan itu didapat dengan menganalisis temperatur udara di luar ruangan dan produktivitas para pekerja di pabrik pembuatan bahan panel surya di China.
Wakil Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia sekaligus dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Narila Mutia Nasir, mengatakan, suhu panas sudah pasti menurunkan produktivitas kerja karyawan. Jika temperatur meningkat 1 derajat celsius di range 25-32 derajat celsius, itu akan menurunkan produktivitas 2 persen.
”Suhu dapat memengaruhi bagaimana cara berpikir seseorang. Jika suhu meningkat, kemampuan berpikir seseorang akan menurun,” kata Narila.
Baca juga: Meski Ruang Kerja Ber-AC, Cuaca Panas Tetap Turunkan Produktivitas Pekerja
Menurut Narila, pekerja yang paling terdampak ialah pekerja di luar ruangan. Mereka berkutat dengan matahari langsung dan itu dapat menurunkan tingkat fokus seseorang.
”Yang terpenting harus mencegah dehidrasi dan memastikan metabolisme tubuh lancar, baik pekerja di dalam maupun luar ruangan. Perbanyak makan makanan bergizi, seperti buah dan sayur serta jangan banyak minum minuman manis, seperti teh atau kopi,” ujar Narila.
Perbanyak minum air
Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama mengatakan, pekerja di luar dan di dalam ruangan harus perbanyak minum air putih agar tetap fokus dan meminimalkan penurunan produktivitas dalam bekerja. Dalam satu hari, seseorang setidaknya minum tiga liter air putih.
Akan tetapi, Ngabila mengimbau jangan terlalu banyak minum air putih pada pukul 19.00 ke atas. Hal tersebut dapat meningkatkan potensi seseorang terbangun pada tengah malam.
”Terlalu banyak minum air putih pada jam malam dapat mengakibatkan seseorang terbangun pada tengah malam karena ingin buang air kecil. Jika mereka terbangun dan suhu terasa gerah, mereka akan sulit kembali tidur,” ujar Ngabila.
Baca juga: Batasi Aktivitas Luar Ruangan, Suhu Panas Membuat Saluran Pernapasan Sensitif
Menghindari aktivitas di luar ruangan pada pukul 10.00-15.00 WIB juga penting dilakukan. Jika terpaksa untuk beraktivitas, warga harus menggunakan tabir surya minimal memiliki sun protectionfactor (SPF) 30, memakai topi lebar, menggunakan payung, atau memakai pakai baju berwarna terang untuk memantulkan cahaya.
Ngabila mengatakan, barang-barang tersebut perlu disediakan karena cuaca panas dapat mendatangkan berbagai penyakit. Beberapa penyakit yang banyak diderita saat cuaca panas ialah pusing, sakit kepala, kulit merah dan kering, mual, dan jantung kerap berdebar. Selain itu, seseorang akan mengalami perubahan perilaku, seperti bingung, linglung, gelisah, dan cepat marah.
”Saat peralihan cuaca, seseorang lebih mudah capek, stres, dan kurang tidur sehingga imunitas tubuh menurun dan mudah terserang penyakit menular,” katanya.
Minim awan
Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto mengatakan, suhu panas terjadi di beberapa wilayah Indonesia akibat minimnya tingkat pertumbuhan awan. Hal ini menyebabkan penyinaran matahari pada siang hari ke permukaan Bumi tidak mengalami hambatan sehingga suhu pada siang hari di luar ruangan terasa terik.
Cuaca panas menyengat kali ini juga dipengaruhi angin dari Australia yang lebih kering. Hal ini menyebabkan musim kemarau lebih menyengat.
”Kondisi minim awan ini buntut dari El Nino yang berpusat di Samudra Pasifik. Awan-awan ditarik menuju ke lautan Pasifik sehingga langit tidak ada penghalang dan sinar matahari semakin terasa,” katanya.
Baca juga: Suhu Panas Diprediksi Terus Berlanjut hingga November 2023
BMKG memprakirakan suhu panas di Jakarta maksimum ada pada angka 35 derajat celsius. Akan tetapi, sengatan panas akan seperti pada suhu 41 derajat celsius. Apalagi, Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kelembaban yang tinggi, sehingga suhu udara di Indonesia terasa lebih hangat.
Guswanto menyebut, kelembaban udara memengaruhi peningkatan rasa suhu udara. Saat suhu udara panas ditambah kelembaban udara yang tinggi, udara mengandung banyak uap air. Hal ini memicu keringat tidak dapat menguap dengan cepat, akhirnya suhu terasa lebih panas.
Sepanjang Oktober 2023, wilayah Indonesia yang mengalami panas tertinggi adalah Kota Semarang, Jawa Tengah; dan Kertajati di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Pantauan stasiun klimatologi pada 6 Oktober 2023, suhu maksimum harian di Semarang mencapai 38,6 derajat celsius. Sementara pada 7 Oktober di Kertajati mencapai 38,8 derajat celsius.
Kondisi fenomena panas terik ini diprediksi akan berlangsung cukup lama, yakni hingga November 2023. Guswanto mengimbau masyarakat untuk menjaga kondisi stamina tubuh agar tidak mengalami dehidrasi, kelelahan, dan dampak buruk lainnya.