Pelonggaran Protokol Kesehatan di China Jadi Kabar Baik untuk Ekspor Indonesia
China mulai menerapkan pelonggaran aturan protokol kesehatan di seluruh negeri. Kebijakan yang akan memicu mobilitas sosial-ekonomi China tersebut akan mendorong ekspor berbagai negara ke negeri itu, termasuk Indonesia.
Oleh
LUKI AULIA, FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
·3 menit baca
BEIJING, RABU — Pemerintah China akhirnya melonggarkan sejumlah aturan protokol kesehatan yang selama tiga tahun terakhir diterapkan secara amat ketat. Kebijakan ini menjadi kabar baik bagi warga China sekaligus perekonomian global, termasuk Indonesia.
Komisi Kesehatan Nasional China mengumumkan kebijakan pelonggaran itu pada Rabu (7/12/2022). Hal ini dilakukan sehari setelah Presiden China Xi Jinping memimpin rapat Politbiro Partai Komunis China (PKC).
Langkah pemerintah itu dipicu perekonomian China yang terus tertekan disusul aksi protes warga yang meluas di sejumlah kota di China. Masyarakat frustrasi dan marah dengan terbatasnya mobilitas sosial dan ekonomi selama tiga tahun penuh. Protes dalam skala besar itu merupakan pertama kalinya dalam 33 tahun terakhir di China.
Dalam pengumumannya, Komisi Kesehatan Nasional China menyebutkan sejumlah kebijakan yang intinya melonggarkan protokol kesehatan yang ketat selama ini. Salah satunya adalah pengurangan frekuensi dan ruang lingkup tes usap.
Kebijakan baru juga menyebutkan, aturan karantina wilayah total atau penguncian (lockdown) yang menjadi sumber kemarahan rakyat China akan dibatasi seminimal mungkin. Pihak berwenang juga diharuskan segera membebaskan area yang tidak memiliki kasus positif setelah lima hari.
”Otoritas kesehatan dan departemen terkait di semua daerah harus menangani Covid-19 sesuai dengan kondisi daerah masing-masing. Para pejabat di tingkat lokal harus mengambil langkah tegas dan terperinci untuk melindungi keselamatan dan kesehatan jiwa masyarakat, meminimalkan dampak epidemi pada pembangunan ekonomi dan sosial,” sebut Komisi Kesehatan Nasional China dalam pernyataan tertulis yang diunggah di laman resminya.
Dalam setahun terakhir, sejumlah negara mulai melonggarkan protokol kesehatan di negaranya masing-masing. Kebijakan ini diambil seiring pandemi yang mulai terkendali. Angka penyebaran mulai melandai, vaksinasi semakin meluas, dan pelayanan kesehatan sudah lebih siap.
Sementara China tetap konsisten dengan kebijakannya, ”nihil penyebaran Covid-19”. China adalah negara yang paling disiplin, ketat, dan konsisten menerapkan protokol kesehatan ketat sejak pandemi Covid-19 meluas pada awal 2020 hingga akhir tahun ini.
Kebijakan ini efektif menekan angka kematian di China menjadi relatif rendah dibandingkan negara-negara berpenduduk besar lainnya. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per Rabu (7/12) pukul 23.00, angka kematian di China akibat Covid-19 adalah 30.567 jiwa dari 9,97 juta kasus. Sementara di Indonesia, angka kematian mencapai 160.071 jiwa dari 6,69 juta kasus.
Di sisi lain, kebijakan protokol kesehatan yang berlangsung ketat tersebut menekan perekonomian China. Sementara sejumlah negara yang mulai melonggarkan protokol kesehatannya sudah mulai menggeliat kembali menuju pemulihan.
Gary Ng, ekonom pada Natixis di Hong Kong, berpendapat, pengumuman terbaru itu menunjukkan China bertekad mempercepat pembukaan kembali ekonominya yang tertekan. Untuk itu, kemungkinan ada kenaikan siklus dalam sentimen bisnis dari permintaan yang tertekan, terutama di sektor- sektor yang sangat terpengaruh pembatasan Covid-19.
”Artinya, China akan melihat rebound dari 3 persen pada 2022 menjadi 5,5 persen pada 2023 dalam pertumbuhan ekonominya. Namun, bukan berarti semuanya akan langsung kembali baik-baik saja karena kebijakan nihil Covid-19 telah meninggalkan bekas luka pada kepercayaan konsumen dan bisnis yang akan memakan waktu lebih lama untuk memperbaikinya,” katanya.
Kepala Strategi Pasar Berkembang TD Security di Singapura Mitul Kotecha menyatakan, kebijakan China terbaru itu adalah langkah-langkah signifikan. Pada sisi lain, kebijakan itu akan sulit dilakukan mengingat penyebaran Covid-19 yang masih berlangsung dan meluas di China.
”Tetapi, beberapa kemungkinan dari itu sudah dipertimbangkan (dunia usaha). Sekarang pasar akan menunggu dan melihat bagaimana kebijakan itu dieksekusi. Kenyataan di lapangan masih merupakan salah satu tekanan yang akan terus berlangsung sekalipun prospek nanti agak membaik,” katanya.
Pulihnya perekonomian China secara langsung akan memacu pertumbuhan ekspor Indonesia. Sebab, China merupakan salah satu negara tujuan utama ekspor Indonesia. Ujung-ujungnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan terkerek dengan pulihnya ekonomi China. (REUTERS/AFP/LUK/LAS)