Masjid di Jakarta Selatan Dihebohkan Penukaran Stiker QRIS untuk Infak
Aktivitas penukaran stiker QRIS infak yang tidak sesuai prosedur itu mulai diselidiki polisi.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Beberapa masjid di Jakarta Selatan menemukan aktivitas penukaran stiker Quick Response code Indonesian Standart atau QRIS untuk rekening infak dengan stiker kode lain. Aktivitas mencurigakan itu kemudian dilaporkan salah satu masjid ke polisi.
Temuan ini salah satunya ada di Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Stiker kode respons cepat (QR Code) QRIS yang terintegrasi dengan 12 kotak amal diganti dengan stiker kode lain atas nama "Restorasi Masjid". Penukaran itu diketahui dilakukan pria tidak dikenal secara diam-diam.
”Seorang pria tidak dikenal mengganti QRIS yang ada di 12 kotak amal dan kami baru tahu semalam,” kata Kepala Kantor Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran Baru, Iding, dihubungi Senin (10/4/2023).
Masalah serupa juga terjadi Masjid Nurul Iman di Blok M Square, Kebayoran Baru. Video rekaman kamera CCTV di lingkungan masjid itu menunjukkan seorang pria berkemeja biru menumpuk stiker baru di atas stiker kode QRIS lama yang tertempel di atas kotak-kotak amal masjid. Rekaman itu tertanggal 6 April 2023.
Melalui akun Instagram @masjidnuruliman, Minggu (9/4/2023), mereka mengumumkan sementara ini tidak menerima penyaluran infak uang menggunakan kode QRIS. ”Bagi para jemaah yang ingin menyalurkan infak untuk dakwah sunnah atau kegiatan masjid, bisa melalui kotak-kotak infak yang tersedia di area masjid atau nomor rekening yang sudah kami share," tulis akun itu.
Kapolres Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Ade Ary Syam Indradi menyampaikan, mereka sudah menerima satu laporan dari masjid yang mencurigai aktivitas penukaran tersebut sebagai dugaan penipuan.
Polisi juga telah melakukan penyelidikan lebih lanjut setelah mendapat informasi terkait yang viral di media sosial. ”Dengan adanya laporan QRIS palsu tersebut, kami akan komunikasi dan lihat barang bukti yang ada, gelar TKP, guna mencari siapa yang telah mentransfer QRIS palsu tersebut,” kata Ade di Jakarta.
Di tengah viralnya kabar ini, foto KTP yang diduga sebagai pelaku penukaran stiker QRIS masjid itu tersebar. Pada saat bersamaan, orang yang mengaku pemilik identitas itu membuat akun Instagram baru bernama @imanabuaf hari ini. Pemilik akun bernama Iman itu mengatakan, ia melakukan ini sebagai pemeriksa pembayaran.
Ketika Kompas menghubunginya lewat pesan langsung untuk memberi klarifikasi ulang, ia tidak merespons. Sementara itu, di akun itu, ia telah membuat enam postingan yang menjelaskan aktivitasnya.
”Kami menentukan sampel secara diam-diam. Kalau secara terang-terangan, ya enggak perlu periksa, cukup tanya. Sekali lagi saya mohon maaf, risiko pekerjaan, tapi kerugian finansial yang mungkin ditimbulkan akan saya ganti," katanya dalam keterangan foto yang pertama diunggah.
Pemeriksaan itu dilakukan dengan mengalihkan rekening pembayaran infak di masjid ke rekening atas nama "Restorasi Masjid" menggunakan QRIS dari dua penyelenggara, yaitu Youtap dan Pulsabayar. Pemilik akun itu menemukan, rekening dari penyelenggara QRIS itu bermasalah. Salah satunya, pemilik akun terblokir sehingga tidak bisa menarik uang yang masuk.
Pemilik akun itu pun memastikan uang yang bisa ia tarik bukan untuk kepentingan pribadi. Ia pun berinisiatif mengembalikan seluruh uang yang pernah masuk melalui QRIS yang ia titipkan di masjid dikembalikan ke rekening resmi Masjid Nurul Iman Blok M.
”Hal ini tidak menghilangkan kewajiban saya untuk tetap berkunjung DKM masjid-masjid tersebut. Sekali lagi saya mohon maaf telah melakukan sesuatu yang melanggar prosedur,” ucapnya di unggahan terakhir.
Direktur Eksekutif Information Communication Technology Institute Heru Sutadi, menilai, dari kasus ini, menunjukkan kekurangan dari implementasi QR Code dalam sistem pembayaran digital. Masyarakat baik pengguna maupun pemilik rekening dengan QR Code pun diharapkan berhati-hati dengan jeli melihat nama rekening dan angka yang terbayarkan.
”Jadi, dua pihak ini harus benar-benar melihat kembali apakah link QR Code yang dipakai valid dan benar, uang yang diambil atau disetorkan angkanya harus sama. Ini memang masalah-masalah yang harus diantisipasi sebelum QR Code diimplementasikan," ujarnya.