Mimpi Besar China Pukau Ribuan Atlet Mahasiswa Dunia
Lewat acara pembukaan pekan olahraga mahasiswa sedunia atau Universiade, China memamerkan bahwa mereka bangsa besar. Bangsa yang mengajak generasi muda untuk tidak takut bermimpi tentang hal-hal besar.
Oleh
Insan Alfajri dari Chengdu, China
·5 menit baca
Mengusung tema ”Chengdu Makes Dreams Come True”, pembukaan Universiade 2021 di Chengdu, China, membius lebih kurang 4.000 anggota kontingen dari sekitar 100 negara peserta. Ketidaknyamanan peserta akibat keamanan ekstra ketat pada ajang multicabang olahraga antarmahasiswa dunia, yang tertunda dua tahun akibat pandemi Covid-19, ini terbayar lunas saat menikmati suguhan di Stadion Olahraga Danau Dong’an, Chengdu, Jumat (28/7/2023) malam.
Keresahan karena ketatnya acara pembukaan sudah mengemuka saat rapat ofisial dan para pelatih Indonesia sehari sebelum acara. Selain isu keamanan, acara juga diperkirakan berlangsung hingga larut malam.
Ketua Kontingen Indonesia Del Asri menyatakan, upacara itu mesti diikuti karena Presiden Joko Widodo turut hadir bersama Presiden China Xi Jinping dan sejumlah kepala negara lain. Apa kata orang apabila Kepala Negara tidak melihat perwakilan negaranya pawai di stadion berkapasitas 40.000 orang itu. Apalagi, beberapa jam sebelum acara, Presiden sempat bertemu atlet untuk memberikan semangat.
Tetapi, di saat bersamaan, keresahan para pelatih juga harus dipikirkannya. Tiga cabang olahraga akan bertanding pagi hari setelah pembukaan. Cabang itu adalah judo, wushu, dan tenis. Jangan sampai atlet mereka lemas saat bertanding karena lelah.
Del coba negosiasi dengan panitia penghubung yang sejak awal kedatangan melekat dengan tim Indonesia. Negosiasi ini tak banyak menolong sebab semua panitia di China tegak lurus dengan aturan. Mereka akan disemprot atasannya kalau mengubah aturan main.
Akhirnya, Del yang juga Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Pusat Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (PP Bapomi) mengambil inisiatif. Atlet yang bermain pagi hari setelah pembukaan tinggal di wisma atlet, sedangkan sisanya ikut ke Stadion Olahraga Danau Dong’an.
”Kalau sudah begini, harus kita yang mengatur mereka. Jangan kita yang diatur,” kata dosen Universitas Negeri Jakarta, yang juga pernah mengikuti Universiade Napoli, Italia, 2019.
Perjalanan dari wisma atlet di Universitas Chengdu menuju arena pembukaan penuh drama. Di pintu keluar, ada pemeriksaan. Kontingen hanya boleh membawa gawai dan bendera kecil. Sejumlah atlet dan ofisial Indonesia yang membawa power bank harus menitipkan alat itu kepada panitia di gerbang wisma atlet.
”Baterai ponselku tinggal 30 persen, nih. Sepertinya enggak cukup ini sampai pembukaan selesai,” celetuk Wakil Ketua Kontingen Indonesia Afriyudianto atau Feri, Jumat petang.
Tidak saja kontingen Indonesia yang merasakan ini, sejumlah atlet dan ofisial Iran bahkan sempat turun dari bus. Mereka ngambek dan batal ikut pembukaan karena bus yang ditumpangi belum juga berangkat selepas pukul 17.00 waktu setempat.
Kendati demikian, perasaan masygul rombongan atlet pelan-pelan luntur saat menuju tempat acara. Jalur benar-benar steril, tidak ada satu pun kendaraan di badan jalan selain bus kontingen Universiade.
Kendaraan masyarakat umum terparkir di pinggir jalan. Sebagian kendaraan itu menepi di pinggir parit dengan pengawalan ketat dari polisi dan panitia.
Tampak masyarakat Chengdu tertahan di beberapa persimpangan. Bukannya jengkel karena perjalanannya tertahan, mereka malah bersemangat melambaikan tangan kepada setiap bus peserta yang melintas. Tak ayal, banyak atlet yang mengabadikan momen ini dengan kamera gawainya.
Tiba di lokasi acara, keriuhan mulai terasa. Berjejer lima baris sambil membawa bendera negara masing-masing, para atlet bersiap mengikuti defile mengelilingi stadion utama. Di samping mereka, ratusan penari berseragam putih menari selama defile berlangsung. Melihat ini, pelatih atletik Fitri ”Ongky” Haryadi bersama sejumlah atlet atletik sampai ikutan joget juga.
Kejutan dari panitia pembukaan Universiade pun masih berlanjut. Seusai dibuka secara resmi oleh Presiden Xi, pertunjukan bertajuk ”Pursuit of Light” membius puluhan ribu pasang mata yang hadir dalam acara itu.
Kalau sudah begini, harus kita yang mengatur mereka. Jangan kita yang diatur.
Penampilan itu memanggungkan ratusan penari yang berkerumun di tengah lapangan. Sekelompok penari yang berada di titik pusat kerumunan tiba-tiba bisa berjalan di udara. Penonton pun terpana. Bagaimana bisa?
”This dance is the best demonstration of the power of youth,” demikian penjelasan tarian itu di brosur yang dibagikan panitia.
Menyusul pementasan ”Pursuit of Light”, sedikitnya ada dua pertunjukan lagi yang juga melibatkan ratusan penari. Mereka semua anak muda. Beberapa di antaranya merupakan atlet andalan China yang sudah berprestasi tingkat dunia di berbagai cabang olahraga.
Pergantian dari satu pertunjukan ke pertunjukan lain yang melibatkan ratusan anak muda itu terjadi secara mulus. Tidak ada momen jeda yang membuat konsentrasi penonton buyar. Semuanya padu dan terukur.
Lewat pertunjukan itu, seakan China ingin menunjukkan betapa besar bangsanya. Negara ini seolah-olah tak pernah kehabisan stok anak muda yang siap menyelenggarakan ajang sebesar apa pun. Sebagai catatan, selain Universiade, China juga menjadi tuan rumah Asian Games Hangzhou 2022 yang akan bergulir pada 23 September-8 Oktober 2023.
Hampir semua sukarelawan di wisma atlet adalah anak muda. Melihat kinerjanya selama tiga hari terakhir, terasa betul usaha mereka untuk menjaga marwah tuan rumah.
Salah satu panitia penghubung Indonesia, Xiao Keija (23), misalnya. Perempuan yang baru saja lulus dari salah satu kampus di China ini tidak tahu berapa upah yang dia dapatkan dari pemerintah.
Tetapi, kerjanya dalam membantu kontingen Indonesia tidak pernah setengah-setengah. ”Ada honorarium yang disediakan, tapi saya tidak tahu berapa besarannya,” katanya.
Sejak Jumat pagi, dia bersama dua rekannya sudah menemani Indonesia dalam upacara penyambutan delegasi. Dia pun turut serta ketika rombongan bertemu Presiden Jokowi di Hotel Shangri-La Chengdu.
Bahkan, dia ikut mengawal rombongan Indonesia yang baru tiba di wisma atlet pukul 23.30. Letih lelah pun tergambar di wajahnya. Tetapi, toh dia masih tetap tersenyum seperti biasa. ”Sampai jumpa besok,” ujarnya.