China Arahkan Proyek Inisiatif Sabuk dan Jalan Lebih Realistis
Inisiatif Sabuk dan Jalan beralih ke proyek-proyek lebih kecil dan lebih "hijau". Ini akan mengatasi kekhawatiran soal jebakan utang dan kerusakan lingkungan.
Oleh
LUKI AULIA
·5 menit baca
BEIJING, KOMPAS — Proyek-proyek di dalam kerangka kerja sama Inisiatif Sabuk dan Jalan atau Belt and Road Initiative (BRI) China akan menjadi lebih kecil dan lebih ramah lingkungan. Selama 10 tahun, kerja sama itu menjalankan proyek-proyek besar yang meningkatkan perdagangan, tetapi meninggalkan persoalan seperti tumpukan utang dan dampak pada lingkungan hidup.
Kini China mengarahkan pembangunan bersama BRI yang ”hijau” sebagai praktik konsep pembangunan ramah lingkungan. Proyek-proyek besar berkurang dan beralih ke proyek-proyek berteknologi tinggi, seperti keuangan digital dan platform perdagangan elektronik.
Hal ini dikemukakan Direktur Jenderal Departemen Kerja Sama Internasional Kementerian Ekologi dan Lingkungan Hidup China Zhou Guomei saat konferensi pers di Media Center Forum BRI, Selasa (17/10/2023), di Beijing, China. Selama 10 tahun terakhir, kemajuan telah dicapai dalam pembangunan BRI yang ramah lingkungan dan rendah karbon. Lebih dari 230 dokumen kerja sama BRI telah ditandatangani China dengan setidaknya 150 negara mitra dan sekitar 30 organisasi internasional dalam kerangka Jalur Sutra Hijau.
Zhou mengatakan, pembentukan Koalisi Pembangunan Hijau Internasional BRI, Platform Mahadata Lingkungan BRI, program Utusan Jalur Sutra Hijau, serta Inisiatif Kerja Sama Selatan-Selatan Sabuk dan Jalan untuk Perubahan Iklim akan membantu meningkatkan pengelolaan lingkungan dan mengatasi dampak perubahan iklim.
Proyek-proyek BRI di masa depan juga kemungkinan besar juga lebih bergantung pada investasi perusahaan-perusahaan China dibandingkan pinjaman pembangunan pemerintah. Direktur Institut Asia di Universitas Griffith di Australia Christoph Nedopil mengatakan, China masih akan melaksanakan beberapa proyek besar, termasuk proyek-proyek dengan visibilitas tinggi seperti kereta api serta jaringan pipa minyak dan gas yang memiliki aliran pendapatan untuk membayar kembali investasi itu.
Dalam hal iklim, China telah berjanji untuk berhenti membangun pembangkit listrik tenaga batubara di luar negeri. Namun, China masih terlibat dalam beberapa pembangkit tenaga listrik dan mendorong proyek-proyek yang terkait dengan transisi ramah lingkungan. Proyek itu mulai dari pembangkit listrik tenaga angin dan surya hingga pabrik baterai kendaraan listrik seperti pabrik CATL yang menimbulkan masalah lingkungan di Hongaria.
Data dari lembaga kajian American Enterprise Institute menyebutkan, investasi komersial China senilai lebih dari 90 miliar dollar AS dalam proyek-proyek BRI menghadapi masalah yang tidak dapat diatasi. Dari sudut pandang China, kata Raffaello Pantucci dari Studi Internasional S Rajaratnam School di Singapura, masalah terbesarnya adalah mereka kini menyadari punya banyak sekali utang di negara-negara berkembang yang akan kesulitan untuk membayar kembali.
Inilah salah satu alasan mengapa BRI menyusut dan lebih banyak fokus pada kualitas daripada kuantitas. Buku Putih China terkait BRI menyebutkan, BRI juga lebih fokus pada isu-isu seperti perdamaian, perubahan iklim, krisis energi, serta kecerdasan buatan.
Suasana di salah satu sudut Media Center untuk Forum Inisiatif Sabuk dan Jalan ke-3, Senin (16/10/2023), di Beijing, China.
Pakar di Institut Tony Blair untuk Perubahan Global, Ruby Osman, mengatakan, Forum BRI akan memberikan China kesempatan untuk menampilkan beberapa inisiatif global yang telah diluncurkan Presiden Xi Jinping sejak 2013. Secara khusus, Osman menunjuk pada Inisiatif Pembangunan Global, program senilai 10 miliar dollar AS yang dimulai pada 2021 untuk mempromosikan pembangunan sosial dan ekonomi. Skema serupa berfokus pada keamanan dan peradaban.
Perubahan dalam fokus BRI terlihat jelas dalam tawaran bantuan China kepada Argentina dalam beberapa bulan terakhir. Bentuknya berupa penggandaan jumlah bantuan yang dapat diakses Argentina melalui jalur pertukaran mata uang menjadi hampir 10 miliar dollar AS untuk meningkatkan cadangan mata uang asing mereka yang menipis.
Mekanisme itu memungkinkan Argentina untuk membayar utang dari Dana Moneter Internasional. Pekan lalu, China setuju untuk merestrukturisasi pinjaman Sri Lanka dan Zambia yang tampaknya menunjukkan niat baik China terhadap negara-negara berkembang.
China telah setuju dengan Sri Lanka untuk merestrukturisasi utangnya senilai lebih dari 4 miliar dollar AS dan menandatangani nota kesepahaman untuk merestrukturisasi utang Zambia. Zambia adalah negara Afrika pertama yang gagal membayar utangnya selama pandemi Covid-19.
”Tujuan BRI adalah untuk membantu negara-negara berkembang,” kata Huiyao Wang, Presiden Pusat China dan Globalisasi di Beijing. Ia menambahkan, proyek itu harus dilihat sebagai Marshall Plan–skema AS pasca-Perang Dunia untuk membangun kembali Eropa–bagi negara-negara berkembang.
Pergeseran diplomasi China terjadi ketika berbagai tekanan menimpa Xi, termasuk kemerosotan ekonomi, yang diperburuk oleh pelarian modal, krisis properti, dan tingginya pengangguran kaum muda. ”Xi Jinping bersikap baik terhadap negara-negara Barat untuk mengurangi laju perusahaan multinasional meninggalkan China, untuk melawan terputusnya China dari rantai pasok global,” kata Willy Lam, peneliti senior di lembaga pemikir AS, Jamestown Foundation.
Cetak biru baru
Pada Forum BRI (BRF) ketiga ini, China akan mendorong penyusunan cetak biru baru kerja sama Sabuk dan Jalan yang berkualitas. Pada akhir pertemuan juga akan ada konsensus yang dicapai para peserta yang memaparkan arah masa depan serta bidang-bidang utama kerja sama BRI. Daftar Hasil Kerja Sama Multilateral dan Daftar Proyek Praktis pun akan dirilis.
BRF ketiga diharapkan menelurkan hasil yang substansial, baik dalam bentuk dokumen kerja sama, inisiatif dan mekanisme, maupun dalam proyek, dana, serta langkah-langkahnya. ”Jumlah total hasil yang dicapai kemungkinan akan melebihi dua forum BRI sebelumnya,” kata Wakil Menteri Luar Negeri China Ma Zhaoxu kepada kantor berita China, Xinhua.
Dekan Eksekutif Institut Studi Keuangan Chongyang di Universitas Renmin China Wang Wen menilai, jika ada perkembangan baru dalam BRI, akan terus mendukung negara-negara peserta dalam mengatasi hambatan konektivitas, memberantas kemiskinan, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan meningkatkan lapangan kerja.
Berdasarkan hasil-hasil yang dicapai selama 10 tahun terakhir, kerja sama BRI akan dipenuhi dengan inovasi dan vitalitas yang lebih besar. Ini ditandai dengan peningkatan keterbukaan dan inklusivitas. Hal ini untuk membuka saluran baru bagi peluang, kemakmuran, dan kebahagiaan bagi China dan dunia.
”Fokus BRF ketiga pada pembangunan bersama dan kemakmuran akan meningkatkan harapan internasional terhadap globalisasi ekonomi,” kata Dekan Eksekutif Belt and Road School di Beijing Normal University, Hu Biliang. (REUTERS/AFP/AP)