Surga bagi Latvia adalah neraka bagi tim lawan. Atmosfer ”neraka” dari ribuan penggemar Latvia dipastikan akan kembali hadir pada babak kedua Piala Dunia FIBA 2023 mulai Jumat (1/9/2023) ini.
Oleh
REBIYYAH SALASAH, KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Sorak ”Latvia... Latvia...” terus bergema di Stadion Indonesia Arena, Selasa (29/8/2023) malam, kendati pertandingan sudah berakhir. Kekalahan Latvia dari Kanada, yang menjadi kekalahan perdana tim itu di Piala Dunia FIBA 2023, bukan alasan bagi para suporter yang datang dengan pernak-pernik eksentrik untuk menghentikan dukungannya. Masyarakat Latvia setia dengan pekik semangatnya, setidaknya sampai para pemain meninggalkan arena.
”Kami tahu dukungan kami akan sangat berarti buat mereka, apalagi (buat) mereka bertanding di sini yang jauh sekali dari Latvia. Kami ingin membuat mereka merasa berada di rumah sendiri,” kata salah satu pendukung Latvia, Greta Grauda (21).
Keinginan suporter terpenuhi. Atmosfer Indonesia Arena selalu berbeda ketika ada penggemar Latvia. ”Luar biasa”, kata pelatih Luca Banchi. ”Saya merinding,” ujarnya menambahkan. Menurut Banchi, kehadiran penggemar Latvia menjadi suntikan semangat timnya. Mereka memudahkan perjuangan anak-anak asuhannya di lapangan.
Pernyataan Banchi tidak tampak berlebihan. Sebab, sepanjang pertandingan, penggemar Latvia seolah tidak pernah merasa lelah. Mereka terus meneriakkan nama negaranya. Tabuhan drum juga tidak ada hentinya. Saat pemain lawan menyerang, mereka berteriak ”Aizsardzība… Aizsardzība…”, meminta pemain Latvia bertahan. Saat pemain Latvia mencetak angka, mereka bersorak gembira. Bagi tim Latvia, dukungan tersebut menyuguhkan atmosfer yang luar biasa, bak surga. Adapun bagi lawan, ini bak neraka.
Beberapa pemain Latvia juga mengamini dukungan besar penggemar menjadi sumber semangat mereka. Guard Arturs Zagars mengatakan, masyarakat Latvia yang datang ke Indonesia mendorong timnya untuk berjuang terus agar memenangi laga. Atmosfer yang dirasakan pun nyaris menyamai ketika Latvia bertanding di rumah sendiri, yaitu di Riga Arena.
Pada November 2022, menurut catatan FIBA, stadion itu dipenuhi 11.057 penonton yang sebagian besar pendukung Latvia. Mereka menjadi saksi Latvia menaklukkan Inggris Raya, 79-63, dalam kualifikasi Piala Dunia Zona Eropa.
Dalam rangkaian turnamen yang sama, penggemar Latvia menempuh 2.000 kilometer untuk menuju Stadion Heraklion Arena di Kreta, Yunani, menyaksikan Latvia menaklukkan tuan rumah 80-60. FIBA mencatat, pertandingan itu dipenuhi 5.500 penggemar. Tidak hanya pendukung tuan rumah yang meneriakkan dukungan untuk tim nasional mereka, warga Latvia juga turut meramaikan stadion.
Mungkin kita bisa melihat mereka adalah ’fans’terbaik di antara tim di sini. Tentu, ada tim yang lebih dekat dan memiliki penggemar lebih banyak di Piala Dunia, seperti Jepang atau Filipina. Namun, untuk penggemar yang menempuh perjalanan jauh, ’fans’ Latvia paling banyak dan paling riuh.
Pada babak kedua Piala Dunia FIBA 2023, Spanyol akan menjadi lawan pertama Latvia. Sang juara bertahan tahu betul kekuatan tambahan dari sang debutan. Pemain veteran Spanyol, Victor Claver, mengatakan, pemain Latvia mempunyai kemampuan mumpuni. Di luar itu, kehadiran suporter juga menjadi aspek yang perlu diwaspadai menjelang pertemuan kedua tim.
Bagi Latvia, laga melawan Spanyol ibarat pertandingan hidup atau mati. Mereka harus menang untuk menjaga peluang lolos ke delapan besar. Jika mereka kalah dari Spanyol dan Brasil kalah dari Kanada, maka dua tiket ke perempat final sudah pasti menjadi milik Spanyol dan Kanada. Sebab, keduanya telah mengumpulkan poin terbanyak berkat kemenangan dalam semua babak pertama.
”Mereka memiliki kemampuan serta mendapat dukungan besar dari penggemar yang datang jauh-jauh ke sini untuk mendukung mereka. Mereka bermain dengan kepercayaan diri besar. Kami perlu mengantisipasi itu,” ujar Claver.
Ribuan kilometer perjalanan
Perjalanan ribuan kilometer yang dilalui penggemar Latvia untuk mendukung negaranya memang bukan kali perdana. Namun, dukungan penggemar Latvia di Indonesia terasa berbeda. Dibandingkan dengan ke Kreta, misalnya, jarak yang perlu mereka tempuh untuk sampai di Indonesia Arena lima kali lipat lebih jauh. Maka dari itu, melawan Spanyol, forward Latvia, Davis Bertans, bertekad mempersembahkan kemenangan kepada fans yang telah melakukan perjalanan hingga 10.000 kilometer itu.
”Mungkin kita bisa melihat mereka adalah fans terbaik di antara tim di sini. Tentu, ada tim yang lebih dekat dan memiliki penggemar lebih banyak di Piala Dunia, seperti Jepang atau Filipina. Namun, untuk penggemar yang menempuh perjalanan jauh, fans Latvia paling banyak dan paling riuh,” ucap Bertans.
Lebanon dan Perancis telah menjadi ”korban” dari permainan menggila Latvia berkat dukungan luar biasa penggemarnya pada babak pertama. Apakah lawan Latvia di Grup L, Spanyol dan Brasil, akan menjadi korban selanjutnya?
Jawabannya hanya bisa diketahui mulai Jumat (1/9/2023) seiring dengan diawalinya laga babak kedua. Satu hal yang pasti, atmosfer itu akan kembali dan siap ”menerkam” siapa pun yang akan menjadi lawan Latvia. Wahai Spanyol dan Brasil, selamat datang di ”neraka” Latvia!