Final Piala FA 2023, Misi Manchester United Menggagalkan ”Treble Winner” Manchester City
Final Piala FA tahun ini penuh aroma persaingan derbi Manchester. City mengejar tiga gelar pertamanya, sementara MU berupaya mempertahankan predikat satu-satunya klub Inggris yang pernah meraih ”treble winner”.
Meski kerap disebut sebagai kompetisi kelas dua di Inggris, Piala FA tidak bisa dipandang sebelah mata. Piala FA merupakan kompetisi sepak bola tertua di dunia yang mulai diselenggarakan tahun 1871. Kompetisi dengan sistem gugur ini diikuti oleh semua tim partisan liga, bahkan non-liga di seluruh Inggris Raya. Tahun ini, total seluruh klub yang ikut mencapai 729 tim. Dari jumlah tersebut, yang berhasil berlaga di kompetisi utama sebanyak 124 kesebelasan.
Dari ratusan klub tersebut, dua raksasa kota Manchester, yakni Manchester United dan Manchester City, berhasil merangsek hingga babak final yang laganya akan digelar Sabtu, 3 Juni 2023. Tiket ke partai puncak diraih setelah dalam partai semifinal The Citizens mengalahkan Sheffield United dengan skor 3-0. Sementara Manchester United berjibaku mengalahkan Brighton Albion melalui drama adu penalti dengan skor 7-6 setelah bermain tanpa gol dalam waktu normal hingga perpanjangan waktu.
Gengsi
Pertandingan puncak Piala FA edisi kali ini mau tidak mau merupakan laga penuh gengsi. Seperti sudah disebutkan betapa panjang sejarah kompetisi tertua ini. Faktor berikutnya, dengan melirik kedua tim Manchester ini, gengsi makin memanas. Bagaimana tidak? Sudah menjadi rahasia umum The Citizens adalah salah satu tim terkuat di Eropa saat ini. Tak hanya berhasil menyabet juara Liga Inggris, tim asuhan Pep Guardiola ini telah membuktikan diri perkasa di Benua Eropa.
Dengan status sebagai finalis Liga Champions musim ini, Manchester City telah mengandaskan Bayern Muenchen dan Real Madrid yang punya tradisi besar di Eropa. Dengan lawan yang relatif tak sepadan, Inter Milan, City juga punya kans mengangkat trofi Liga Champions musim ini. Dengan masih terbukanya peluang untuk mengangkat Piala FA, Manchester City berada di ambang keberhasilan mereka menyabet tiga piala bergengsi musim ini.
Sementara Manchester United dalam beberapa musim belakangan seakan harus ikhlas sebagai penonton kejayaan Manchester City. Beruntungnya, meski belum maksimal menunjukkan rebound, tim ”Setan Merah” sedang dalam tren cenderung positif musim ini. Satu piala, yakni Carabao Cup, telah berada dalam genggaman. Sementara di liga, dengan segala upaya, MU berhasil mengupayakan diri tampil di Liga Champions musim depan dengan mengamankan posisi ketiga klasemen Liga Inggris.
Timpang
Apabila berkaca pada performa kedua tim finalis Piala FA musim ini, praktis yang ada adalah ketimpangan. Di satu pihak, Manchester United masih belum berhasil menemukan ramuan terbaik untuk tampil di lapangan hijau. Di pihak lain, Manchester City terus memantapkan posisi mereka sebagai tim paling kuat dari Inggris. Namun, semudah itukah City akan menggondol Piala FA kali ini?
Jika berbicara tentang fakta sejarah penampilan di Inggris secara umum ataupun di Piala FA secara khusus, justru ketimpangan di atas berbalik. Bicara soal sejarah, pamor Manchester United tetap berada di atas Manchester City. Dari seluruh kejuaran Piala FA yang pernah digelar, Manchester United berhasil menjuarai kompetisi ini 12 kali. Angka ini hanya terpaut dua kali di belakang Arsenal sebagai juara terbanyak Piala FA, 14 kali. Lima dari 12 juara Piala FA diraih Manchester United bersama manajer legendaris Sir Alex Ferguson.
Sebaliknya, keberhasilan Manchester City menjuarai Piala FA hanya separuh pencapaian MU, yakni enam kali. Dari enam kemenangan tersebut, satu diraih di bawah asuhan Pep Guardiola. Apabila berdasarkan catatan kemenangan kedua tim ini diambil proporsinya, maka ”The Red Devils” mencatatkan 8,5 persen kemungkinan juara, sementara Manchester City hanya 4,3 persen dari 141 kompetisi yang sudah digelar.
Akan tetapi, jika catatan rekor ini ditarik hanya dalam 10 tahun terakhir, baik Manchester United maupun Manchester City sama-sama hanya pernah sekali juara Piala FA. The Red Devils meraih juara Piala FA terakhir tahun 2016, sementara The Citizens tahun 2019. Artinya, dalam 10 tahun terakhir masing-masing tim punya kans juara 10 persen. Lalu, bagaimana jika kans kemenangan didekati dengan catatan head to head?
Perlu diingat, Manchester United lebih dahulu moncer ketimbang tim sekotanya ini. Manchester City baru menunjukkan taji dengan suntikan dana dari pemilik asal Timur Tengah sekitar tahun 2008. Hal ini menjelaskan apabila ditarik catatan head to head,Setan Merah mengungguli The Citizens. Berdasarkan data yang ditampilkan Transfermarkt, dalam semua kompetisi kedua tim sudah bertemu 133 kali.
Hasilnya, Manchester United pernah menang 57 kali, sementara 41 kali kemenangan diraih Manchester City. Sisanya 35 pertandingan berakhir imbang. Untuk jumlah gol, The Red Devils telah menceploskan 195 gol, sementara The Citizens 186 gol. Dengan begitu, probabilitas kemenangannya adalah 42,9 persen untuk Manchester United dan 26,3 persen untuk Manchester City. Sementara 30,8 persen lainnya ialah hasil imbang.
Jika dihitung rasio golnya, Setan Merah mampu mencetak 1,46 gol per pertandingan, sementara The Citizens 1,39 gol per pertandingan. Dengan mempertimbangkan probabilitas di atas, kemungkinan yang dapat tercipta dalam pertandingan ke-134 kedua tim adalah 2,03 untuk Manchester United dan 0,86 untuk Manchester City. Penggawa Manchester United layak untuk menggunakan catatan statistik historis ini sebagai motivasi meraih kemenangan. Namun, bagaimana jika performa Liga Inggris diperhitungkan sebagai pembobot hitungan statistik?
Jika performa di Liga Inggris ditambah dengan lima head to head terakhir, probabilitas kemenangan berpihak kepada The Citizens. Sebanyak 36 persen kemenangan kemungkinan diraih oleh Manchester City, sementara 33 persen kemungkinan kemenangan akan direbut oleh Manchester United. Di luar itu, 31 persen pertandingan harus dimainkan hingga babak perpanjangan waktu.
Tanpa beban
Bermain ke lapangan hijau tanpa beban bisa menjadi kunci kemenangan dalam pertandingan sepak bola. Dari sisi ini, Manchester City tampak lebih memiliki beban dan tekanan kuat. Berlaga di final Piala FA sebagai juara Liga Inggris bisa menjadi pressure kuat dalam bermain. Ada beban moral yang harus dibawa. Selain itu, Pep Guardiola masih harus menyiapkan skuad terbaiknya berlaga di final Liga Champions pertengahan Juni 2023.
Sebaliknya, praktis final Piala FA ini akan menjadi pertandingan kompetisi formal terakhir yang akan dilakoni Manchester United. Artinya, The Red Devils lebih bebas bermain habis-habisan tanpa beban. Musim 2023 bisa dipandang sebagai awal dari kembalinya tim besar Manchester ini ke jalur yang semestinya.
Memenangi Piala FA bagi Manchester United akan menempatkan mereka pada laga pembuka Community Shield sebagai tradisi pembukaan kompetisi sepak bola di Inggris musim depan melawan Machester City. Panggung ini tak boleh dilewatkan oleh tim yang menargetkan diri sebagai juara.
Selain itu, bagi Manchester United, ada gengsi lain yang masih dipertahankan jika mampu merebut Piala FA musim ini. Merebut piala tertua di Inggris ini akan membuat mimpi The Citizens mencaplok gelar treble winner pupus. Ini sekaligus menjadi pengukuhan predikat menyabet tiga piala mayor yang pernah diraih Manchester United tahun 1999 menjadi tak tersentuh. (LITBANG KOMPAS)