Pertumbuhan kredit properti diprediksi tertahan seiring dampak kenaikan suku bunga.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kenaikan suku bunga acuan menjadi 6,25 persen untuk memperkuat stabilitas rupiah berpotensi mendorong kenaikan suku bunga kredit dan menekan pertumbuhan ekonomi, termasuk sektor properti. Pasar perumahan yang sensitif terhadap tingkat suku bunga kredit berpotensi terimbas, serta memicu pelemahan daya beli.
Head of Research Colliers Indonesia Ferry Salanto mengemukakan, kenaikan suku bunga ditetapkan Bank Indonesia untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah terhadap kemungkinan memburuknya risiko global, serta langkah preventif untuk memastikan inflasi tetap terjaga. Meski demikian, kenaikan suku bunga acuan biasanya akan diikuti kenaikan suku bunga kredit, antara lain kredit pemilikan rumah (KPR).
Kenaikan suku bunga KPR menyebabkan biaya pinjaman untuk pembelian properti meningkat sehingga bisa menurunkan daya beli konsumen dan memperlambat permintaan untuk properti, terutama bagi mereka yang mengandalkan pembiayaan pinjaman dari bank.
”Kenaikan suku bunga KPR kemungkinan terjadi bertahap, tetapi pasti akan berdampak ke masyarakat. Penurunan pembelian properti dapat terjadi sehingga menghambat pertumbuhan properti,” ujar Ferry saat dihubungi di Jakarta, Kamis (25/4/2024).
Ferry memprediksi, kenaikan suku bunga acuan akan mendorong perubahan perilaku masyarakat, antara lain lebih selektif dalam mengajukan pinjaman ataupun mencari pinjaman dengan suku bunga kredit yang lebih rendah. Di sisi lain, kenaikan suku bunga juga dapat memengaruhi keputusan pengembang untuk memulai proyek-proyek baru. Biaya pinjaman yang lebih tinggi dapat membuat proyek-proyek lebih mahal dan berpotensi menghambat pertumbuhan sektor konstruksi dan properti secara keseluruhan.
Kenaikan suku bunga acuan diharapkan tidak berlanjut. Pemerintah perlu tetap konsisten menjaga pertumbuhan ekonomi bisa di atas 5 persen sehingga sektor riil bisa tetap bertumbuh.
Biaya pinjaman yang lebih tinggi dapat membuat proyek-proyek lebih mahal dan berpotensi menghambat pertumbuhan sektor konstruksi dan properti.
Hal senada dikemukakan Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda. Kenaikan suku bunga acuan yang diikuti kenaikan suku bunga kredit akan menurunkan daya beli masyarakat. Dari perhitungan IPW, setiap kenaikan 1 persen suku bunga KPR akan menurunkan permintaan pasar 4-5 persen. Pasar perumahan akan tertahan, terutama di segmen menengah ke bawah.
”Penurunan pasar lebih terasa di segmen harga menengah bawah di bawah Rp 1 miliar,” ujar Ali saat dihubungi secara terpisah.
Menurut Ali, ketidak-pastian kondisi global dan geopolitik dunia juga perlu diantisipasi karena dapat melemahkan ekonomi dan memicu kenaikan inflasi, termasuk inflasi bahan bangunan. Kebijakan insentif diperlukan, serta upaya pemerintah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.
Sensitif
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pengembang Real Estat Indonesia (REI) Joko Suranto mengungkapkan, pembiayaan KPR merupakan salah satu unsur strategis bagi industri properti. Industri properti sensitif terhadap kenaikan suku bunga kredit.
Pihaknya berharap kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia tidak serta-merta memicu kenaikan suku bunga KPR hingga beberapa bulan mendatang. Perbankan dinilai berkepentingan menjaga kredit properti. Pertumbuhan industri properti tahun ini ditargetkan dengan kapitalisasi pasar naik 12 persen.
Industri properti sensitif terhadap kenaikan suku bunga kredit.
Ia menambahkan, industri properti harus terus didorong, terutama penyediaan perumahan rakyat. Apalagi, pemerintah mendatang telah menargetkan program pembangunan 3 juta rumah, meliputi pembangunan 1 juta rumah di perdesaan, 1 juta rumah di wilayah pesisir, dan 1 juta rumah di perkotaan.
”Kenaikan suku bunga kredit harus melihat ekonomi dan kondisi masyarakat yang menjadi konsumen. Perbankan berkepentingan mempertahankan penetrasi pasar dengan bunga kredit yang terjangkau,” kata Joko.
Di sisi lain, lanjut Joko, pengembang juga menyiapkan langkah menggantisipasi dampak kenaikan suku bunga KPR terhadap pasar perumahan. Di antaranya, memberikan subsidi bunga kepada konsumen untuk tahun pertama KPR sehingga realisasi pembelian rumah tidak terhambat dan angsuran kredit menjadi lebih ringan. Cara itu dinilai sudah biasa dilakukan pengembang untuk menggerakkan pasar.
”Perbankan juga diharapkan melakukan gimmick serupa dalam skema pembiayaan untuk mengakomodasi konsumen baru ataupun menahan kenaikan KPR,” kata Joko.