Penjualan Tiket Bus lewat Aplikasi Meminimalkan Praktik Calo
Oleh
DHANANG DAVID ARITONANG
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Armada bus masih menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia sebagai moda transportasi untuk bepergian antarkota. Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub), jumlah bus aktif di Indonesia mencapai lebih dari 40.000 unit pada 2018 dan pada waktu Lebaran jumlah armada yang aktif bisa mencapai 49.000 unit.
Selain itu, Kemenhub dalam waktu dekat akan menetapkan kebijakan agar pemesanan tiket bus harus melalui sistem daring. Hal ini juga dilakukan untuk menghilangkan praktik penipuan dan calo tiket di terminal. Untuk mendukung kebijakan pemerintah ini, perusahaan agen perjalanan dalam jaringan
Traveloka telah membuat sistem agar masyarakat bisa membeli tiket bus secara daring melalui aplikasinya.
Berikut wawancara Kompas dengan Senior Vice President Business Development Traveloka Caesar Indra, Jumat (6/7/2018) di Jakarta.
T: Sejak kapan Traveloka memulai sistem pembelian tiket bus secara daring?
J: Layanan pembelian tiket secara daring ini telah kami buka sejak Maret 2018. Kami melihat potensinya sangat bagus, apalagi ketika periode Lebaran tahun ini. Selama periode Lebaran, jumlah transaksi tiket bus di aplikasi kami hampir mencapai 50.000 kursi, jumlah ini melonjak 7 kali lipat dibandingkan hari biasa.
T: Kelas bus apa saja yang ditawarkan dalam layanan ini? Kemudian, berapa jumlah perusahaan otobus (PO) yang sudah bekerja sama dengan Traveloka?
J: Ada sekitar 40 PO yang sudah bekerja sama dengan kami dengan jumlah layanan sebanyak 30.000 rute antarkota. Kelasnya mulai dari ekonomi hingga eksekutif. Para pengguna platform juga bisa melihat gambar fasilitas bus apa saja yang tersedia. Menurut rencana, dari sejumlah PO yang terdaftar di Kemenhub, 30 persennya akan kami ajak kerja sama.
T: Bagaimana sistem besaran pembagian hasilnya?
J: Sistemnya dengan cara komisi, dan jumlahnya berbeda-beda (Caesar tidak menjelaskan detailnya).
T: Bus kerap menjadi pilihan terakhir jika tiket pesawat dan kereta telah habis. Bagaimana tanggapan Bapak terkait hal ini?
J: Saat ini masih ada pengguna transportasi umum yang menganggap naik bus menjadi sarana rekreasi sambil melihat-lihat pemandangan. Selain itu, dengan dibangunnya sejumlah akses tol antarprovinsi di berbagai wilayah, tentunya berpengaruh juga dengan pertumbuhan moda transportasi darat, khususnya bus. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan penggunanya.
T: Layanan apa saja yang terdapat di aplikasi ini?
J: Pengguna aplikasi bisa melihat jarak dan lamanya waktu perjalanan yang akan ia tempuh. Kemudian, ada peta menuju lokasi di mana para penumpang harus naik bus tersebut. Mereka juga tidak perlu berhadapan lagi dengan calo dan sudah pasti mendapatkan tempat duduk dengan harga yang sesuai dengan aplikasi. Karena biasanya, masalah yang dihadapi di terminal adalah calo bus seakan memaksa penumpang naik bus tertentu. Kemudian, para penumpang hanya perlu menukarkan tiket daring ini ke pelayanan PO yang ada di terminal.
T: Sejumlah PO sudah menerapkan sistem pembelian daring di situs resminya. Apakah Traveloka berencana menggandeng PO tersebut?
J: Tentu akan kami gandeng, sejumlah PO juga sudah menerapkan sistem pembelian online, seperti Lorena dan Pahala Kencana. Selain itu, PO ini juga mendapatkan manfaat pemasaran yang lebih jika bekerja sama dengan kami. Karena saat ini, aplikasi kami sudah diunduh sebanyak 40 juta kali, tiket bus tersebut menjadi lebih mudah dipasarkan dibandingkan hanya melalui situs resmi mereka. Kami juga telah melakukan riset dan memetakan rute mana saja yang menjadi tujuan utama pengguna kami sehingga PO bus bisa menyiapkan armada secara efektif sesuai dengan rute-rute tersebut.
T: Rute mana saja yang menjadi favorit?
J: Untuk peringkat pertama, yaitu tujuan Jakarta ke sejumlah daerah di Pulau Jawa. Kemudian, Jakarta ke sejumlah daerah di Sumatera. Ketiga, adalah tujuan Jawa-Bali.
T: Komentar apa saja yang dilontarkan pengguna ketika menggunakan aplikasi ini?
J: Sebagian besar mempertanyakan, mengapa layanan PO tertentu belum masuk ke dalam aplikasi kami. Karena ada beberapa penumpang yang cukup fanatik dan hanya percaya dengan pelayanan beberapa PO. Sebenarnya, hal tersebut terjadi karena keterbatasan informasi yang diperoleh penumpang. Padahal, ada juga PO lain yang dapat memberikan pelayanan memuaskan bagi penumpang.
T: Hal apa saja yang akan dikembangkan ke depannya dalam aplikasi ini? Kemudian, penjualan mana yang paling banyak antara tiket pesawat, kereta, dan bus?
J: Karena sistem ini masih baru, kami masih melakukan pemetaan lagi terkait layanan apa saja yang perlu ditingkatkan untuk kenyamanan pengguna. Kalau dari penjualan, tentunya tiket pesawat menempati urutan pertama dari jumlah penjualan karena banyaknya rute penerbangan dan kami sudah lama melayani pemesanan tiket pesawat ini (sejak tahun 2012). Posisi kedua adalah tiket kereta karena jumlah rute dan kursinya tidak sebanyak pesawat. Ketiga, adalah tiket bus karena layanan ini baru kami luncurkan.
T: Apakah akan ada promo terkait pembelian tiket bus ini?
J: Tentunya ada promo-promo yang berlaku. Seperti ketika Lebaran tahun ini, kami bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI), khususnya untuk pembelian tiket bus. Diskonnya bisa mencapai 50 persen ketika itu. Tentunya menjadi lebih murah dibandingkan tarif Lebaran atau tarif yang ditentukan oleh calo.
T: Untuk ke depan, layanan apa lagi yang akan dikembangkan Traveloka?
J: Saat ini kami sedang mengembangkan layanan untuk memenuhi kebutuhan kuliner bagi para wisatawan. Nantinya dalam layanan ini akan disajikan tempat-tempat kuliner mana saja yang bisa menjadi rujukan wisatawan dan gambar-gambar makanannya.
T : Tahun lalu, Traveloka mendapat suntikan dana senilai 500 juta dollar AS dari Espedia, East Ventures, Hillhouse Capital Group, JD.com, dan Sequoia Capital. Untuk tahun ini apakah sudah ada suntikan dana yang masuk?
J: Terkait hal ini, saya tidak memiliki kewenangan untuk menjawabnya.