Kelola Ribuan Ton Sampah, Jakarta Optimalkan RDF Plant dan TPS3R
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta merencanakan penambahan RDF Plant di Rorotan dan Pegadungan pada tahun 2024.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengolahan sampah menjadi bahan bakar alternatif atau refused derived fuel/RDF Plant Bantargebang telah memenuhi standar industri. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta tengah merencanakan penambahan RDF Plant di Rorotan dan Pegadungan pada 2024.
Rencana penambahan ini sudah sampai tahap pembahasan kerja sama dengan PT PLN (Persero). Terkait upaya pengelolaan sampah ini, ahli lingkungan menyarankan Pemprov DKI Jakarta untuk mengurangi dan mengelola sampah semaksimal mungkin dari hulu di rumah tangga dan tengah di tempat pengolahan sampah reduce-reuse-recycle (TPS3R) atau bank sampah, sebelum sampai ke tempat pembuangan akhir di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Bantargebang, Jawa Barat.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto menyebutkan, sudah diteken kontrak dengan dua industri semen setelah uji coba penggunaan RDF sejak Juni 2023. Kerja sama tersebut jadi langkah maju dalam upaya pengelolaan sampah yang jumlah meningkat.
”Uji cobanya panjang untuk sampai tahap RDF yang dihasilkan bisa memenuhi kualitas atau sesuai standar offtaker industri semen. Kerja sama ini juga untuk pengelolaan sampah yang lebih baik,” kata Asep, Kamis (1/2/2024).
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mencatat kenaikan jumlah sampah harian berdasarkan data timbangan TPST Bantargebang. Rerata jumlah sampah masuk sebanyak 7.228 ton per hari pada 2021. Jumlah itu meningkat 27 persen dari rerata sampah masuk tahun 2015 sebesar 5.655 ton per hari.
Pekerja menyortir sampah baru yang akan diproses menjadi refuse derived fuel (RDF) di kawasan Fasilitas Landfill Mining dan Refuse Derived Fuel Plant TPST Bantargebang, Kota Bekasi, Selasa (27/6/2023).
RDF Plant
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta sudah meneken kerja sama sebagai penyedia RDF untuk PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk di Citeureup dan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk di Narogong. Kedua industri semen ini berlokasi di Jawa Barat.
RDF dipasok dari RDF Plant Bantargebang yang dibangun pada 2022. Setiap hari 2.000 ton sampah diolah. Sebanyak 1.000 ton merupakan sampah lama berusia enam tahun lebih yang didapatkan lewat metode landfill mining dari zona tidak aktif TPST Bantargebang.
Sampah ini dicacah atau dihaluskan untuk digunakan sebagai bahan baku RDF. Sisanya yang tidak sesuai standar RDF akan dijadikan tanah humus yang bisa dimanfaatkan untuk media tanaman.
Setiap 1.000 ton sampah baru akan menghasilkan 40 persen RDF, 15 persen residu, dan sisa limbah cair. Sementara 1.000 ton sampah lama menjadi 35 persen RDF, 40 persen tanah humus, dan sisa limbah cair yang nantinya akan menguap.
Dengan adanya RDF Plant, Pemprov DKI Jakarta tidak lagi mengeluarkan tipping fee atau biaya untuk membayar pengolah sampah. Anggaran tipping fee bakal dialihkan untuk mengembangkan fasilitas RDF Plant.
Sehubungan dengan penambahan dua RDF Plant, anggarannya sudah masuk dalam APBD DKI Jakarta tahun 2024. Anggaran bersumber dari pinjaman PT SMI (Persero).
Untuk RDF, diperhatikan industri pengguna RDF karena semakin jauh menjadi mahal transportasinya dan menjadi tidak ekonomis.
Selain itu, Pemprov DKI Jakarta berencana menghentikan izin pembukaan tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah pada tahun 2030. Sebagai gantinya ditargetkan 44 kecamatan se-Jakarta setidaknya punya satu TPS3R.
Pada 2023, terbangun tujuh TPS3R, sedangkan tahun 2024 ditargetkan terbangun empat TPS3R. TPS3R yang ada, misalnya, di Ciracas, Jakarta Timur, dan Rawasari, Jakarta Pusat, berkapasitas 25 ton untuk pengolahan sampah dari pemilahan sampah organik dan non-organik, pencacahan, sampai pengeringan dan mengonversi sampah jadi pupuk kompos dan RDF.
Tangan warga menyelesaikan pembuatan bunga hias dari bahan botol plastik di Bank Sampah Persatuan, Kelurahan Pondok Kelapa, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Selasa (23/1/2024).
Sejak hulu
Dosen Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, Yuki Wardhana mendukung upaya Pemprov DKI Jakarta karena banyaknya jumlah penduduk dan terbatasnya lahan harus disiasati dengan mengurangi sampah sejak dari hulu di tingkat rumah tangga atau pemakai dan tengah di TPS agar beban ke hilir di TPST Bantargebang berkurang.
Dua cara untuk melakukannya dengan TP3SR dan menghasilkan produk olahan sampah, seperti RDF, listrik, kompos, dan gas. Keduanya bertujuan untuk mengurangi sampah.
Menurut Yuki, operasional TP3SR membutuhkan kesiapan infrastruktur, SDM, anggaran, dan pengelolaannya. Kemudian secara konsep yang perlu dilihat ialah rantai pasokan dari sampah yang dikelola, seperti botol plastik bekas mesti dipikirkan alur penjualannya ke industri daur ulang karena berkaitan dengan alur pengelolaan sampah tersebut. Artinya, perlu penguatan manajemen rantai pasok (supply chain) dari sampah yang dikelola.
”Perlu dipikirkan offtaker atau penerima. Untuk RDF, diperhatikan industri pengguna RDF, karena semakin jauh semakin mahal transportasinya dan menjadi tidak ekonomis. Kemudian jika akan dibuat jadi energi, bagaimana pasokan listrik di daerah tersebut,” tutur Yuki secara terpisah.