Tumbang dari PSG, Milan makin terpuruk di Liga Champions. Performa terburuk dalam sejarah klub sekaligus tim Italia.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
PARIS, KAMIS — AC Milan mencatatkan permulaan musim yang buruk di Liga Champions musim ini. Selain dilibas Paris Saint-Germain, 3-0, di Stadion Parc des Princes, Kamis (26/10/2023) dini hari WIB, skuad ”I Rossoneri” menutup tiga laga awal fase grup tanpa sekali pun mampu membobol gawang lawan.
Kylian Mbappe, Randal Kolo Muani, dan Lee Kang-in memberikan derita bagi Milan. Trio pemain itu bisa menaklukkan kiper Milan, Mike Maignan, yang nirbobol pada dua pertandingan perdana Liga Champions.
Secara total, AC Milan, yang merupakan tim Italia paling sukses di Liga Champions, gagal mencetak gol di lima pertandingan kompetisi antarklub Eropa itu. Mereka gagal menggetarkan jala gawang Inter Milan di dua duel semifinal musim lalu. Kemudian, Newcastle, Borussia Dortmund, dan PSG adalah tiga lawan yang terlalu tangguh bagi dua penyerang andalan Milan, Rafael Leao dan Olivier Giroud.
Tidak ada tim Italia lain yang mengalami paceklik gol di Liga Champions selama yang dialami Milan, pemilik tujuh gelar Liga Champions. Sejak format Liga Champions dimulai pada 1992-1993, I Rossoneri pun tidak pernah gagal mencetak gol di tiga laga awal babak penyisihan.
Pada catatan terburuk mereka di Liga Champions ketika finis di peringkat keempat atau terakhir di fase grup pada edisi 1999-2000 dan 2021-2022, Milan menghasilkan enam gol dari enam gim. Capaian gol itu sulit disamai di musim ini.
Milan menyamai Benfica yang telah lebih dulu menutup laga ketiga dengan catatan belum mencetak gol di Liga Champions musim ini. Statistik buruk itu dikemas Benfica seusai tumbang, 0-1, dari Real Sociedad, Rabu (25/10/2023).
Meski begitu, usaha Milan jauh lebih besar dari Benfica. Jika Benfica menjadi tim dengan koleksi tembakan per laga di urutan ke-28 dari 32 kontestan Liga Champions musim ini berkat rerata 10,3 tembakan per laga, Milan adalah salah satu tim paling gemar melepaskan tembakan,
Giroud dan kawan-kawan menghasilkan 17 tembakan per laga. Jumlah itu hanya kalah dari tiga raksasa Eropa lainnya, yakni Manchester City (27), Real Madrid (21), dan Barcelona (18). Ketiga tim itu tampil lebih klinis karena telah menghasilkan lebih dari enam gol di tiga gim awal fase grup.
Yunus Musah, gelandang Milan, mengakui performa buruk Milan di Liga Champions disebabkan kegagalan mereka memaksimalkan kreasi peluang. ”Setelah menjalani setiap gim, kami merasa kami hanya berjarak tipis dari kemenangan. Setidaknya kami berada di posisi untuk menang, tetapi kami gagal memanfaatkan peluang,” ucap Musah kepada UEFA.com.
Dalam laga di Paris, trisula penyerang Milan, yaitu Leao, Giroud, dan Christian Pulisic, menciptakan akumulasi sembilan dari 11 total tembakan yang dihasilkan Milan. Tetapi, dari jumlah itu, mereka hanya mencatatkan empat tembakan mengarah ke gawang PSG yang dikawal eks Milan, Gianluigi Donnarumma. Jumlah itu terdiri dari dua tembakan dari Giroud, lalu masing-masing satu tembakan tepat sasaran dari Leao dan Pulisic.
Terkait dengan sorotan kepada Leao yang kembali gagal menampilkan performa terbaik di Eropa, Pelatih Milan Stefano Pioli tetap percaya pada pemain andalannya itu. Menurut dia, Leao telah tampil baik untuk memberikan kontribusi penting dalam skema serangan Milan.
Rafa (Leao) mungkin tidak bisa mencetak gol dengan mudah seperti yang dilakukannya di masa lalu, tetapi kehadirannya penting di lini depan.
”Rafa (Leao) mungkin tidak bisa mencetak gol dengan mudah seperti yang dilakukannya di masa lalu, tetapi kehadirannya penting di lini depan. Ia bertarung satu lawan satu dengan Marquinhos dan sering menciptakan situasi berbahaya,” ucap Pioli kepada Sky Sport Italia.
Berbeda pandangan
Kekalahan dari PSG juga membuka masalah di internal Milan. Setelah pertandingan, Pioli dan Davide Calabria, bek dan kapten Milan, berbeda pandangan menyikapi performa tim.
Calabria mengatakan, semua pemain berlatih setiap hari di pusat latihan Milanello demi menghadapi gim besar, seperti di Liga Champions. Tetapi, nyatanya, pemain Milan gagal tampil apik di tiga laga awal fase grup. Di sisi lain, mereka juga menelan kekalahan dari dua pesaing scudetto di Liga Italia, yaitu dilibas, 1-5, oleh Inter Milan, dan kalah, 0-1, dari Juventus.
”Jika kami ingin terus bermain di Liga Champions, kami harus menyingsingkan lengan baju. Siapa pun yang tidak percaya sebaiknya diam saja di rumah,” ujar Calabria, yang masuk setelah turun minum untuk menggantikan Malick Thiaw, dilansir La Gazzetta dello Sport.
Pioli tidak sepakat dengan pernyataan publik yang disampaikan kaptennya. Pioli menganggap pemain Milan selalu memberikan usaha terbaik untuk mengejar hasil positif, terlepas dari skor akhir di pertandingan.
”Ia (Calabria) keliru mengatakan itu. Tidak ada orang yang bekerja di Milanello tanpa fokus dan intensitas yang tepat. (Pernyataan) itu bisa terjadi di momen panas setelah pertandingan sehingga ia mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin dikatakan,” kata Pioli menanggapi.
Pioli menambahkan, ”Apa yang kami persiapkan selama sepekan ini terwujud dari yang kami tampilkan hari ini. Kami hanya kurang kualitas di momen tertentu, salah melakukan operan krusial.”
Clarence Seerdorf, legenda Milan, menyebut ada hal yang tidak baik di dalam performa Milan. Ia menilai, skuad I Rossoneri bermain seperti kehilangan harapan di 30 menit akhir pertandingan.
”Banyak hal kecil yang seharusnya mereka bisa lakukan lebih baik dan perlu lebih berkonsentrasi,” kata Seerdorf dilansir laman UEFA.
Kekalahan dari PSG membuat Milan tertahan di posisi keempat Grup F dengan dua poin. Mereka tertinggal dari Newcastle United dan Borussia Dortmund yang sama-sama mengoleksi empat poin, lalu PSG di puncak klasemen memiliki enam poin.