Kembali tanpa gelar dari Kejuaraan Dunia 2023, bulu tangkis Indonesia harus bekerja keras mengejar ketertinggalan kualitas menjelang Olimpiade Paris 2024.
Oleh
Redaksi Kompas
·2 menit baca
Untuk ketiga kalinya beruntun, para pebulu tangkis Indonesia pulang tanpa gelar juara dari Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis. Pada ajang tahunan tertinggi Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) yang berlangsung di Kopenhagen, Denmark, 21-27 Agustus 2023 ini, hasil terbaik tim Merah Putih adalah medali perak yang dipersembahkan ganda putri Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti.
Pada laga final, Apriyani/Fadia dikalahkan ganda putri nomor satu dunia yang juga juara bertahan, Chen Qingchen/Jia Yifan (China). Hasil ini mengulang situasi serupa tahun lalu, saat satu-satunya wakil Indonesia yang lolos ke final, ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, gagal menjadi juara. Mereka kalah dari pasangan Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik.
Hendra/Ahsan pula yang menjadi juara dunia terakhir dari Indonesia saat merebut medali emas di Basel, Swiss, 2019. BWF lalu membatalkan penyelenggaraan Kejuaraan Dunia 2020 karena pandemi Covid-19. Setahun kemudian, Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) menarik partisipasi atlet pelatnas dari Huelva, Spanyol 2021, karena khawatir dengan peningkatan kasus Covid-19 di Eropa.
Satu hal positif dari Kopenhagen adalah kebangkitan Apriyani/Fadia dengan menembus final pertama tahun ini. Sejak berlaga di BWF World Tour mulai Juni 2022, dan merebut dua gelar dari tiga final pada paruh kedua 2022, prestasi Apriyani/Fadia lalu tertahan. Dari 10 turnamen tahun ini sebelum kejuaraan dunia, prestasi terbaik pasangan ini hanyalah semifinal di Malaysia dan Swiss Terbuka.
Selebihnya, prestasi pebulu tangkis Indonesia lain jauh dari harapan, jika tak bisa dibilang mengecewakan. Tunggal putra Jonatan Christie langsung gugur di babak pertama, dan ganda putra nomor satu dunia Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto tersingkir di babak kedua. Kekalahan tiga ganda campuran Indonesia di babak ketiga menguak lebarnya jurang kualitas mereka dengan pasangan elite dunia.
Namun, meloloskan atlet ke Olimpiade Paris hanyalah langkah awal untuk mengembalikan prestasi bulu tangkis Indonesia.
Hasil ini selayaknya menyalakan alarm tanda bahaya di pelatnas PBSI, di tengah persiapan menuju Olimpiade Paris 2024 yang tersisa sebelas bulan. Bahkan, sejak masa kualifikasi Olimpiade dimulai pada 1 Mei 2023, skuad Cipayung baru memetik dua gelar juara dari 10 turnamen BWF World Tour, lewat Anthony Sinisuka Ginting di Singapura Terbuka dan Chico Aura Dwi Wardoyo di Taiwan Terbuka.
Tak heran, hingga empat bulan masa kualifikasi, baru Apriyani/Fadia yang masuk delapan besar peringkat menuju Paris 2024. Untuk bisa meloloskan lebih dari satu atlet di tiap nomor, Indonesia harus menempatkan minimal dua atlet di 16 besar nomor tunggal dan delapan besar nomor ganda pada peringkat kualifikasi Olimpiade Paris 2024. Mengirim lebih banyak atlet akan memperbesar peluang merebut medali.
Namun, meloloskan atlet ke Olimpiade Paris hanyalah langkah awal untuk mengembalikan prestasi bulu tangkis Indonesia. Kejuaraan Dunia 2023 memperlihatkan persaingan yang semakin ketat dan kualitas pebulu tangkis Indonesia mulai tertinggal dari negara kuat bulu tangkis lainnya.
Pemain perlu berlatih keras memperbaiki fisik, mental, teknik dan strategi bermain, dilengkapi dukungan pelatih berkualitas, pendampingan psikologis, serta kesempatan bertanding seluasnya. Jangan sampai tradisi medali emas Olimpiade dari cabang bulu tangkis yang sempat terputus pada Olimpiade London 2012, harus terulang di Paris 2024.